Senin, 29 Februari 2016

Makalah Sejarah Peradaban Islam (Pembaharuan pada Masa Kerajaan Turki Ustmani)



Makalah Sejarah Peradaban Islam


logo-iain.jpg

Pembaharuan pada Masa Kerajaan Turki Utsmani


                     Nama :                                                      Nim:                   
                  MARGIANTI                                          13270058
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               DOSEN PEMBIMBING:
MARYAMAH. M.Pd.I


FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2014/ 2015



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan petunjuk, bimbingan dan kekuatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai salah satu bahan belajar dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang insyallah berguna dalam membantu proses belajar mahasiswa. Makalah ini membahas tentang Pembaharuan pada Masa Kerajaan Turki Utsmani
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah yang baik, namun penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa. Amin

                                                                        Palembang, Juni 2014

                                                                        Penyusun




PENDAHULUAN
            Pada periodisasi peradaban masyarakat islam, ketika kekuasaan imperium Abbasiyah di Baghdad mengalami keruntuhan akibat serangan tentara Mongol, vitalisasi politik umat islam mengalami kemunduran secara drastic. Wilayah kekuasaannya terpecah belah kedalam beberapa kerajaan kecil. Yang satu sama yang lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol dan Timur lenk. Secara keseluruhan Vitalisasi politik masyarakat islam mulai bangkit kembali ketika perkembangannya tiga kerajaan besar, yaitu Turki Utsmani, Mughal di India, Safawi di Persia.
            Munculnya tiga kerajaan besar, khususnya Turki Utsmani, yang dapat mencapai kepuncak kejayaan, bagi masyarakat Muslim sacara substantive telah member arti tersendiri. Bahwa semenjak periode 1000-1500 M, kekuatan masyarakat islam sudah sangat begitu lemah. Selama periode tersebutlah islam tidak memiliki kekhalifahan yang diakui oleh semua masyarat sebagai symbol persatuan. Namun, sejak kemunculan Kerajaan Turki Utsmani dalam panggung sejarah peradaban Islam telah memberikan arti bagi revivalisasi dan revitalisasi islam dalam wacana konstalisasi politik dan peradaban. Karena secara garis geografis, kerajaan ini terletak pada daerah yang stategis dan merupakan pintu gerbang ketimur tengah sekaligus merupakan kerajaan yang menguasai selat-selat vital yang menghubungkan laut Hitam dan laut Tengah.Oleh karena itu, siapa pun yang dapat menaklukan konstantinopel dan dapat menjadi penguasa, dia adalah penguasa dunia. Seperti pada kenyataannya bahwa kerajaan Turki dapat menguasai konstatinopel.
            Kerajaan Turki Utsmani dapat mengembalikan kegagahan dan keperkasaan yang sangat luar biasa, dan dapat kembali menyambung usah dan kemegahan yang lama telah silam. Karena, “Dinasti turki utsmani merupakan kekhalifahan yang sangat cukup besar dalam islam dan memiliki pengarauh cukup singnitifikan dalam perkembangan wilayah islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa turki memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan peradaban islam.”[1]  Dan pada masa kerajaan Turki Ustmani, “permulaan pada abad ke-20 telah dapat mempertahankan kemegahan islam, baik secara menyerang pada masa kejayaan maupun mempertahankan pada masa keruntuhan.”[2]Namun “Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan pada saat itu senantiasa dalam keadaan genting.Ibukota Negara ini, pertama kali didirikan pada 1326, adalah Brusa. Mendekati 1366. Emirat itu telah berkembang lebih stabil, mendapatkan pijakan yang lebih kokoh di daratan Eropa, dan berkembangan menjadi sebuah kerajaan besar dengan Adrianopel (edirna) sebagai ibukota.”[3]
            “Diantara Negara muslim, Turki Utsmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa sultan usman, orang turki bukan hanya merebut Negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul, ibukota kekerajaan itu, mereka menguasai daerah-daearah di sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan factor pentingdalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat, Disnati Turki Utsmani merupakan kekhalifahan Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban dunia Islam.”[4] Dan salah satu tempat kerajaan Turki utsmani terdapat di Istambul (Turki). “Istambul adalah ibukota kerajaan Turki Utsmani.”[5]
“Secara umum, ada tiga factor yang menjadi penyebab munculnya Kerajaan Turki Utsmani yaitu:1.Terbunuhnya Raja Khawarizmi, jalaludin mangurbiti, oleh rival politiknya. 2.Kebehasilan bangsa Turki yang dipimpin oleh Ertoghrul membantu sultan Saljuk, Alaludin II dalam melakukan penyerangan terhadap Byzantium. 3.Runtuhnya kerajaan dinasti Saljuk oleh serangan bangsa Mongol.Karena kebiyasaan utama bangsa turki adalah melakukan pengembaraan.” [6] Hal tersebutlah yang dapat melatar belakangi munculnya Kerajaan Turki Utsmani.



PEMBAHASAN
A.    MUNCULNYA KERAJAAN TURKI UTSMANI
            Turki Utsmani merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam islam dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pembangunan wilayah islam di asia, afrika dan eropa. Dan munculnya dinasti utsmani di turki terjadi pada saat dunia islam mengalami frakmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan abbasiyah (kira-kira ke-9). Meskipun, telah ada kekuasaan pada pemerintahan bani Umayyah di Andalusia dan Bani Idris di bagian barat Afrika Utara, namun frakmentasi kekuasaan semakin kuat dan menonjol pada masa abad ke-9. Pada masa kerajaan Turki Utsmani lah yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa.
“Untuk memahami kerajaan Utsmani maka perlulah kiranya mengetahui gambaran umum tentang kerajaan Utsmani seperti dibawah ini :
Pendiri
Usman putra Arthagol
Puncak kekuasaan
Sulaiman I
Wilayah kekuasaan
Asia, Afrika,Eropa
Ibukota
Istanbul-Turki
Factor kemunduran
Pemberontakan internal dan peperangan melawan Eropa
Masa kekuasaan
625 tahun (1299-1924)
Kemunculan kerajaan Utsmani setidaknya perlu memahami 2 hal, yaitu (1). Sosok yang mempunyai andil dalam pendiri kerajaan Utsmani, (2). Proses terbentuknya kerajaan Utsmani.”[7]
            “Nama kerajaan Utsmani itu di ambil dari Sultan Utsman bin Sauji bin Artugal bin Sulaiman Syah bin Kia Alp. Kepala kabilah kabi di Asia Tengah.”[8] Dan Pendiri kerajaan ini dari  kebangsaan turki dai kabilah Oghus yang mendiami daerah mongol dan daerah Utara Cina. Karna “Utsman berasal dari suku bangsa Turki kabilah Oxuz yang mendiami daerah sebelah utara tanah Tiongkok,yakni Mongalia di Asia Tengah, utara laut Kaspi. Karena daearah itu tandus, Usman dan penduduk setempat pindah ke Turkistan.”[9] Yang mana pada saat itu,“Bangsa turki memang bangsa gagah perkasa, keturunan darah Tauran. Yang tahan panas, dingin, dan sabar dalam berperang.”[10] Namun, dibawah tekanan serangan dari mongol pada abad ke-13 mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah sodara mereka (orang-orang turki di dataran tinggi, Asia Kecil). Dibawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdi kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium, atas berkat bantuan dari mereka lah sultan Alauddin mendapatkan kemenangan, atas rasa berjasa baik dan berterimakasih alauddin memberikan sebuah hadia kepada mereka, yaitu sebidang tanah di Asia kecil, perbatasan dari daerah Bizantium. Sejak itulah mereka mambina wilayah barunya.
“Proses berdirinya kerajaan Utsmani tidak bisa dilepas dari sultan Alauddin II (sultan Seljuk Rum), Arthagal dan Usman. Ketiganya memainkan perannya mulai dari sebuah kelompok kecil sampai bentuk kerajaan yang sangat solid. Sehingga kalaupun dipadatkan adalah seperti dalam table dibawah ini:
1
Sultan Alaudin Syah
Member wilayah kepada suku kiyi yang merupakan cikal bekalkerajaan utsmani
2
Arthogol
Membantu Alaudin (sultan Seljuk) melawan kekaisaran romawi yang kemudian diberi wilayah di perbatasan Byzantium
3
Usman- putra arthogol
Meneruskan kebijakan Orthogol sehingga berhasil menarik simpati Alaudin dengan imbalan:
1.Diberi jabatan sebagai gubernur
2.Adanya penambahan wilayah
3.Diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri
Terlepasnya Utsmani dari Seljuk diakibatkan ketidak mauan Utsmani untuk membantu Seljuk ketika mendapatkan serangan dari mongol yang berakhir dengan kekalahan Seljuk.”[11]
            Tepatnya pada tahun ke 1300 M, bangsa mongol, menyerang kerajaan Suljuk dan Sultan Alauddin pun terbunuh. Sehingga mengakibatkan kerajaan Suljuk menjadi terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Dan ketika itulah Utsmani mengaku kemerdekaannya dan berkuasa atas daerah yang didudukinya. Adapun penguasa pertama adalah Utsmani I. setelah Utsmani mengakui bahwa dirinya sebagai Raja besar keluarga Utsman pada tahun 699 H (1300 M). sedikit demi sedikit berjalannya kerajaan utsmani dapat memperluas kerajaanya.“Ia menyerang daerah perbatasan dari Bizantium dan menakhlukkan kota Broessa tahun 1317 M, yang kemudia pada tahun ke 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Utsmani.”[12]
            “Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) turki utsmani dapat menakhalukan Azumia (1327 M), Tasasyani (1330 M), Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan utsmani”[13]. Namun ketika Murad I berkuasa (1359-1389 M) menetapkan keamanan dalam negri, ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Pada masa kekuasaan Murad I ini, “ia melakukan penaklukan Adrianopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.”[14] Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, paus pengobar semangat berperang, sejumlah besar pasukan sekutu dari Eropa siap untuk menyerang dan memukul mundur turki utsmani. Pasukan ini di pipin oleh sijisman, raja dari Honggaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M) penganti dari Murad I, mampu menghancurakan pasukan sekutu Kristen Eropa, dan peristiwah ini l ah yang dapat dijadikan catatan sejarah yang sangat gemilang bangi umat Islam.
            Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Sultan Muhammad II yang sering dikenal dengan sultan  Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Akhirnya ibu kota bizantium dapat ditaklukan oleh pasukan Islam yang dibawah pada kekuasaan turki utsamani dan pada masa pemerintahannya sultan Muhammad II yang digelari sebagai Al-Fatih, sang penakluk.
            Dengan terbukanya kota Konstantinopel yang dijadikan sebagai benteng pertahanan kekuatan untuk orang-orang Bizantium, menjadi suatu hal yang mudah untuk  menuju arus Ekspansi Turki Utsamani ke benua Eropa. Dan bagian Eropa bagian timur telah terancam akan penaklukannya utsmani terhadap benua Eropa bagian Timur.karna ekspansi turki utsmani dilakukan di daerah ini pula. Bahkan sampai terbukanya pintu gerbang kota Wina, Austria. Akan tetapi, ketika sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatiannya kearah timur dengan menaklukan Persia,syiria dan dinasti Mamalik di Mesir. Usaha sultan Salim ini di kembangkan dengan sultan Sulaiman Al-Quanuin (1520-1566 M) yang berhasil menundukan Irak, Belgrado, pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian lah semakin luas wilayah Turki Utsmani.
            “Setelah sultan Sulaiman meningal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Utsamani mundur.”[15] Meskipun atas penyebab itulah terjadinya kemunduran,kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang Negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan Turki Utsmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya (1299-1924 M), diperintah oleh 38 sultan. Kejayaan Turki Utsmani dialami pada abad ke-16, ketika pencapaian kejayaannya hingga kedaerah yang membentang dari selat Persia di Asia sampai kegerbang kota Wina di Eropa. Dan kemajuan, perkembangan ekspansi kerajaan turki utsmani yang deikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aspek peradabannya, dan termasuk pula pada beberapa bidang yang lain seperti militer, pemerintahan, agam, kebudayaan dan intelektual. Karena pada kerajaan turki sangat lah “Eksistensi kekerajaan Turki Utsmani sangat diperhitungkan oleh ahli-ahli pilitik barat.”[16] Sehingga pada hal ini didasarkan kepada realita sejarah bahwa selama abad-abadnya Turi Utsmani berkuasa telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan peradaban.

B.     PEMIMPIN-PEMIMPIN KERAJAAN TURKI UTSMANI
            Pada  masa kerajaan Turki Utsmani inilah yang pemimpinnya tidak sedikit, yang mana kerajaan Turki Utsmani lah kerajaan yang bertahan cukup lama, karena “kerajaan Utsmani berkuasa sekitar 625 tahun (1299-1924 M)."[17]
“untuk memahami pemerintahan Utsmani maka perlu diketahui para pemimpinnya. Utsmani tentu saja mempunyai pemimpin yang tidak sedikit jumlahnya mengingat Utsmani adalah pemerintahan yang cukup lama. Adapun kepala pemerintahannya menurut adalah:
No
Nama
Tahun
Uraian
1.
Usman I
1300-1326
Mendapatkan kekuasaan setelah meninggalnya Suljuk Rum
2.
Orkham
1326-1359
Memindahkan ibukota kebursa dan adanya pertambahan wilayah kekuasaan
3.
Murad I
1359-1389
Mengganti ibukota ke Bursa ke Erdine dan menaklukan Macedonia
4.
Bayazid I
1389-1403
Menguasai Anatolia Barat dan mendapat gelar Sultan dari al-
Mutawwakil
5.
Muhammad I
1402-1421
Terjadi banyak perang saudara dikarenakan perebutan kekuasaan dan sudah masuk period eke-2
6.
Murad II
1421-1451
Berusaha menstabilkan politik dalam negeri
7.
Muhammad II
1451-1481
Menaklukan Konstantinople, menjadi gereja Aya Sofia senagai masjid dan memindahkan Erdine ke Konstantinople sebagai ibukota tahun 1453 M. dia pun Al-fatih
8.
Bayazid II
1481-1512
Terkenal sebagai pribadi yang lemah
9.
Salim I
1512-1520
Menaklukan Mesir dari kekuasaan Mamluk atau memindahkan focus ekspansi kewilayah Timur
10.
Sulaiman I
1520-1566
Meletakkan dasar hokum, mendapatkan julukkan yang maha agung (al-Qanuni/The Manigficent), terkenal sebagai khalifah yang paling lama memerintah. Dalam hal ekspansi, beliau lebih berfokus pada daerah sekitar utsmani
11.
Salim II
1566-1574
Telah masuk period eke III dan masa ini terkenal dengan banyaknya percekcokan dalam istana berkaitan dengan putra mahkota
12.
Murad III
1574-1595
Menaklukan Georgia
13.
Muhammad III
1595-1603
Terkenal dengan kekejamannya
14.
Ahmad I
1603-1617
Tidak terbahas secara detail
15.
Mustafa I
1617-1618
Kekacauan terjadi dalam negeri
16.
Usman II
1618-1622
Tidak terbahas secara detail
17.
Mustafa I
1622-1623
Tidak terbahas secara detail
18.
Murad IV
1623-1640
Tidak terbahas secara detail
19.
Ibrahim
1640-1648
Tidak terbahas secara detail
20.
Muhammad IV
1648-1687
Tidak terbahas secara detail
21.
Sulaiman II
1687-1691
Tidak terbahas secara detail
22.
Ahmad II
1691-1695
Tidak terbahas secara detail
23.
Mustafa II
1695-1703
Hilangnya Hongaria dari wilayah usmani
24.
Ahmad III
1703-1730
Masuk periode ke-4
25.
Mahmud I
1730-1754
Tidak terbahas secara detail
26.
Usman III
1754-1757
Tidak terbahas secara detail
27.
Mustafa III
1757-1773
Merebut kembali kawasan sepanjang pantai Asia kecil
28.
Abdul Hamid I
1773-1789
Mengadakan perjanjian kinarja dengan Catherine II dari Rusia
29.
Salim III
1789-1807
Tidak terbahas secara detail
30.
Mustafa IV
1807-1808
Tidak terbahas secara detail
31.
Mahmud II
1808-1839
Merombak pasukan jennisari
32.
Abdul Majid
1839-1861
Masuk periode ke-5 dan mengeluarkan piagam Guihane
33.
Abdul Aziz
1861-1876
Tidak terbahas secara detail
34.
Abdul Hamid II
1876-1909
Tidak terbahas secara detail
35.
Muhammad V
1909-1918
Tidak terbahas secara detail
36.
Muhammad VI
1918-1923
Tidak terbahas secara detail
Dari banyaknya Utsmani di atas, hanya sedikit yang mampu dan sempat memberikan kontribusinya bagi perkembangan Islam dengan skala global bukan local. Adapun pemimpin yang dimaksud adalah: Sulaiman”[18]
No
Nama
Kontribusinya
1.
Sulaiman
Menaklukan Afrika Utara dan sekitarnya serta meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan terkenal dengan ucapannya
Saya adalah Sultan segala sultan…..


C.     SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
            Dinasti Utsmani bisa dikatakan pemerintahan yang sangat kemplek, hal ini terlihat dari kondisi dan budaya yang ada dalamnya, mulai dari system pemerintahan sampai pada tatanan masyarakat yang secara lengkap dapat dilihat dibawah ini:
No
Pengaruh
Obyek
1
Asia Tengah
Model peperangan yang dilakukan
2
Persia
Menerapkan monarchi absolute
3
Romawi Timur
Diterapkan dalam konsep pemerintahan
4
Arab
Ilmu pengetahuan
Adapun pengaruh terbesar adalah orang Arab bahkan dikatakan kedudukan orang arab dimata dinasti Utsmani seperti kedudukan orang Yunani di mata orang Romawi.
            “Pemerintahan Utsmani dibagi menjadi 5 periode dengan cirri-ciri sebagi berikut:
No
Periode
Uraian
1
Periode I (1299-1402)
Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan Utsmani
2
Periode II (1403-1566)
-          Masa Transisi karena perebutan kekuasaan antara anak-anak Bayazid I
-          Jatuhnya konstantiopel ke tangan umat Islam
3
Periode III (1566-1703)
Bertahan tampa adanya kemajuan dalam perluasan wilayah
4
Periode IV (1703-1839)
Mengenai kemunduran dengan wilayah yang semakin menyempit
5
Perode V (1839-1924)
Adanya pembaharuan di bidang politik, administrasi, kebudayaan dengan adanya gerakan 1) tanzimat, 2) Utsmani Muda 3) Turki Muda 4) Pan Turiansme 5) Pan Turkisme 6) Pan Islamisme 7) Nasionalisme Turki.
Itulah pemerintahan pada masa kerajaan Turki Utsmani”[19]
            “Dalam system pemerintahan, sultan adalah penguasa tertinggi. Pelantikan sultan mengikuti system feudal.”[20] Pada mulanya sultan-sultan ini terdiri amir-amir yang menjadi tuan tanah pada masa kerajaan suljuk yang berpusat di konya, orkan adalah salah satu orang dari amir-amir itu, kemudian memproklamasikan dirinya sebagai sultan. Sultan merupakan penguasa tertinggi selama pemerintahan Turki Utsmani. Dan menurut pendapat yang lain tentang pemerintahan di turki, bahwa “Dewan Nasional Agung, yang terdiri dari anggota-anggota yang terpilih dan sembilan puluh sembilan presiden kaus muslimin Turki, membuat undang-undang mengenai soal-soal duniawi dan hokum-hukum yang mengatur negara.”[21] Semua duniawi dan hokum-hukum yang mengatur suatu Negara. Semua peraturan pemerintahan Syari’ah mengenai kepercayaan-kepercayaan, salat dan kesusilaan tetap berlaku dan ditaati rakyat. Akan tetapi, karena tak adanya kekuasaan pendeta dalam islam, semua orang yang ahli dapat memberikan pendapat mengenai agama. “di jaman daulah Usmani terdapat menteri syari’ah yang disebut syaikhul islam dan juga menteri urusan Wakaf. Ketika republic didirikan dewan nasional agung memberikan kuasa mengenai syari’ah dan wakaf kepada menteri syari’ah.”[22] Dan Kebijakan nasional diturki bersifat rasial, sebab islam melarang perbedaan ras. Syarat-syarat utama yang harus dipenuhi oleh sebuah Negara Islam sejati, pertimbangan-pertimbangan bersama-sama, pengetahuan dan kemampuan, keadilan, tanggung jawab dan pengawasan yang harus sesuai dengan syariat islam.
            “Secara umum kebijakan pemerintahan kerajaan Turki Utsmani diorientasikan pada dua agenda besar, yaitu revitalisasi peran politik umat islam dalam konstalasi makro dan revivalisasi kebudayaan Islam setelah kebudayaan islam yang berpsat Baghdad dihancurkan oleh tentara Mongol dan Timu Lenk”[23]adapun upaya peran revitalisasi politik ditempuh memlalui pendekatan ekspansi atau pengembangan wilayah dengan refresivitas kekuatan milliter yang dijadikan sebagai instrumen utamanya. Dan upaya revivalisasi kebudayaan ditempuh melalui pendekatan pengembangan kesenian dan karya seni. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kebijakan pemerintahan Tuki Utsmani, dapat kita lihat pada masa pemerintahan Erthoghrul, Utsman I dan Urkhan, yang mana kebijakan pemerintahan dioreiantasikan pada upaya pembentukan kekuatan milliter Turki Utsmani.
Dimasa pemerintahan Murad I, kebijakan pertama yang ditempuh adalah melakukan konsulidasi keamanan intern dan ekstern dalam upaya meredam pemberontakan yang meletus diasia kecil. Pada masa sultan Bayazid I, kebijakan yang diterapkan secara umum tidak berbeda dengan kebijakan pemerintahan sebelumnya, yaitu melakukan pengembangan wilayah, namun gerakan ekspansi tidak sampai pada klimaksnya karena berhadapan dengan kekuatan Timur Lenk yang berambisi mengembalikan imperium yang telah dikuasai nenek moyangnya. Ketika ada perang sodara, dimenangi oleh Muhammad I.Masa pemerintahan Murad II adalah melakukan stabilitas keamanan internal yang dilanjutkan dengan melakukan ekspansi kewilayah Salonika. Dan pada masa Muhammad II berhasil menaklukan wilayah Konstantiopel, ibukota imperium. Pada masa pemerintahan selanjutnya asa Bayazid II dan salim I, pada bayazid II tidak ada usaha ekspansi. Dan pada masa salim I, kembali diorientasikan untuk melakuan ekspansi kembali. Selanjutnya ada Sulaiman I, ia melanjukan ekspansi kearah timur dan usahannya pun berhasil diraih
Hal tersebut disebabkan oleh factor-faktor klasik yang biasanya menyertai kejayaan sebuah imperium, sepeti dekadensi moral, konflik vertical dan horizontal, serta pertempuran soudara yang nyaris tak terhenti.bertempatan dengan kondisi yang seperti itu, Turki Utsmani mengalami titik negaif, ia menjadi ajang penyerbuan pihak rival politiknya hingga turki dibuat takberdaya. Sampai akhirnya tinggal sebuah Turki sekuler yang bertahan sampai hari ini.

D.    KEMAJUAN-KEMAJUAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
“Kerajaan Turki Utsmani adalah kerajaan islam besar yang menjadi tumpuan harapan dunia islam. Pada waktu itu Negeri-negeri islam terpecah belah.Dengan munculnya kerajaan turki utsmani,islam kembali menunjukkan keperkasaan dan menyambung kemegahan yang lalu.  Samapi  pada akhir masa pemerintahan turki utsmani ini islam masih tetap perkembangan dengan baik.”[24] Dan semenjak di masa Utsmani bin Artaghol (1299-1326 M), yang dianggap pembinaan pertama kerajaan Turki Ustsmani ini dengan imperium Ottoman, timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama islam. Tetapi “kerajaan Utsmani tidak banyak mengembangkan ilmu pengetahuan, namun mereka menonjolkan dalam bidang milliter, arsitektur dan agama.”[25] Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang Ekspansi agama islam ke Eropa. “Kemajuan lainnya antara lain dalam bidang milliter dan pemerintahan, bidang ilmu pengetahuan dan budaya, serta dalam bidang keagamaan.”[26] Dalam perkembangannya turki cukup berpengaruh dalam bidang peradaban islam, karena sebuah peradaban selalu memiliki sifat yang saling mempengaruhi terhadap peradaban yang lain sebab setiap perkembangan peradaban sangat dipengaruhi dengan corak peradaban yang khas. Pengaruh budaya tersebut sampai keberbagai wilayah Turki Utsmani yang wilayahnya begitu luas dala dunia islam. Dengan demikianlah kerajaan Turki Utsmani dalam masa pemerintahan yang relative lama dan dengan segala kemajuan yang telah dicapai pada masa keemasannya. Antara lain kemajuan-kemajuan yang dicapai pada kerajaan Turki Utsmani adalah:

1.       Bidang Milliter
Pada masa kerajaan Usmani pertama kali adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan sangat cepat dan luas memesat ke beberapa wilayah. Namun, meskipun demikian bukan berarti kemajuan kerajaan Utsmani semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak factor hal yang menjadi pendukung keberhasilan ekspansi itu.yang terpenting adalah keberanian, keterampilan, ketegguhan dan kekuatan milliternya yang sanggup bertempur kapan saja. (siap siaga).
“Semula kerajaan Utsmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, tetapi dengan dukungan militer yang kuat, tidak beberapa lama Utsmani menjadi sebuah kerajaan besar. Ekspansi Utsmani tidak hanya bergerak kea rah timur melainkan juga ke arah barat.”[27]  Karena Kekuatan milliter kerajaan Utsmani ini mulai diorganisasikan dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur milliter Utsmani berangsung bengan baik. Pembaruan dalam tubuh organisasi milliter dibawah oleh Orkhan, yang sangat berarti bagi pembaruan milliter turki. Bahkan bangsa-bangsa yang non-Turki dijadikan sebagai anggota. Dan anak-anak non-Islam (kisten) sudah di didik atau di asramakan lalu dibimbing dengan ajaran islam dan untuk dijadikan sebagai prajurit.
Program ini pun berhasil, dengan terbentuknya kelompok milliter baru (Yennisseri), pasukan inilah yang dapat menjadikan kerajaan Utsmani sebagai mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan untuk mempermudah dalam penaklukan Negara-negara yang non-muslim ditimur yang berhasil dengan sukses. Disamping milliter baru, ada lagi prajurit dari tentara kaum feudal yang biasa di sebut dengan kelompok milliter Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia memiliki perana yang sangat besar dalam perjalanan ekspansi turki utsmani. Pada abad ke-16 angkatan laut mencapi kepuncak kejayaannya. Adapun factor utama yang mendorong kemajuan dilapangan milliter ialah tabiat dari turki itu sendiri yang bersifat milliter, disiplin, dan patuh terhadap peraturan.
2.      Bidang Ilmu Pengetahuan
“Ilmu pengetahuan kurang begitu berkembang di kerajaan Turki Utsmani. Hal itu mengakibatkan tidak banyak ilmuwan-ilmuwan terkenal yang lahir pada masa itu. Dalam bidang arsitektur, kerajaan turki utsmani meninggalkan bagunan bersejarah, seperti masjid jami’ sultan Muhammad al-fatih, masjid agung Sulaiman, mesjid Abu Ayyub al-Ansari, masjid Hagia Sophia.”[28]
 Pada masa pemerintahan utsmani ini mulailah banyak perkembangan, salah satunya di “Perkembangan seni arsitektur banyak dipengaruhi dan berasimilasi dengan kebudayaan local. Fenomena ini terjadi karena para arsitek muslim belum dapat melepas diri dari pengaruh corak arsitektur bangunan Byzantium dan romawi yang demikian termasyur sebelum masuknya islam ke negeri ini.”[29] Dan adapun Organisari pemerintahan dan kemiliteran yang telah ada dari dahulu sampai saat ini banyak mereka serap dari Byzantium, dan sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, social, kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima dari orang-orang turki Utsmani yang terkenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka terbuka untuk menerima perbedaan.
            Sebangai kerajaan yang berbangsa turki utsmani yang berdarah militer, turki utsmani lebih banyak memfokuskan ke bidang militeran, sementara dalam bidang Ilmu Pengetahuan mereka tidak begitu menojolkan diri. Karena itulah Khanzanah intlektual islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka pada masa kerajaan turki utsmani.
“Dari Aspek-aspek Intelektual yang dicapai pada periode ini adalah benagai berikut:
a.       Terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu:
1.      Berita harian Takvini Veka (1831) dan
2.      Jurnal Tasviri Efkyar (1862) dan Terjumani Ahval (1860)
b.      Pendidikan
Yang terjadi transformasi pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah (1861) dan perguruan tinggi (1869) juga mendirikan fakultas kedokteran dan fakultas hokum dan disamping itu, juga mengirimkan para pelajar yang berprestasi di prancis untuk melajutkan studinya, yang sebelumnya tidak perah terjadi.”[30]

3.      Bidang Kebudayaan
Kerajaan Utsmani di turki telah membawa sebuah peradaban sejarah yang cukup maju pada zaman kemajuannya. “dalam bidang kebudayaan Turki Utsmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16,17 dan 18. Antara lain abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636 M).”[31] Nafi’ bekerja hanya untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra kaside yang dapat mendapatkan tempat dihati para sultan-sultan. Adapun yang sebenarnya bahwa kebudayaan turki uitu sebuah perpaduan antara bizantium, arab dan Persia.
“Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak menerima ajaran ajaran etika dan tata karma dalam kehidupan istana. Organisasi pemerintahan  dan prinsip-prinsip  kemilliteran mereka dapatkan dari kebudayaan Bizantium. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka dapatkan  ajaran-ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.”[32] 
Selama pemerintahan Turki Utsmani, kemajuan yang paling pesat terdapat pada perkembangan di bidang milliter, dibandingkan dengan perkembangan yang lain-lainnya. Karena kondisi objektif dan protensi dasar etnik turki serta sesuatu yang dihadapi turki sejak proses berdirinya kerajaan Turki Utsmani sampai pada perkembangannya, selalu membutuhkan kekuatan milliter yang sangat kuat untuk menghadapi musuh-musuh yang selalu mengintai kelemahannya.tapi, meskipun demikian, tidak la mungkin pemerintahan turki mengabaikan bidang-bidang yang lain. Seperti, bidang seni arsitektur, bidang intelektual,dan khususnya pada masa-masa terakhir pemerintahannya, “Orang-orang Turki memang terkenal menerima berbagai macam budaya asing, karena asal-usul mereka sebagi bangsa nomad yang miski kebudayaan”[33]
4.      Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah factor penting dalam transformasi social dan politik seluruh masyarakat. “Pada masa kerajaan Turki Usmani, masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan juga sangat berkaitan dengan syariat sehingga fatwa ulama memiliki peran yang penting dalam kehidupan bernegara. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang member fatwa resmi terhadap ploblem keagamaan yang dihadapi masyarakat.”[34]
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Turki mengalami kemajuan, termasuk dalam kehidupan tarekat. Adapun perkembangan tarekat yang terdapat pada tarekat Bektasyi, dan tarekat Mualawi. Yang mana keduanya memiliki pengaruh yang sangat dominan dikalangan yeniseri, sehingga mereka sering disebut tentara bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapatkan dukungan dari para pengasuh dalam mengimbangi Yenisseri Bektasyi.
Kajian dalam mengenai ilmu-ilmu keagamaan islam, “Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem social, politik kerajaan Turki Utsmani.”[35]seperti fiqih, ilmu kalam, ilmu tafsir, dan ilmu hadits, dan boleh dikatakan kajian ilmu itu lah yang dapat memperkembangkan keagamaan islam yang sangat berarti pada masyarakat Turki. “Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan sutu faham (mazhab) keagamaan dan menekankan mazhab yang lainnya. Sultan Abdul Hamid misalnya, begitu fanetik terhadap aliran Al-Asy’ariyah.”[36] Karena masing-masing mempertahankan mazhab yang di anut, dan terkadang saling bertolak belakang, yang dapa mengakibatkan kelesuhan dibidang keagamaan dan fanetik yang berlebihan sehingga ijtihad tidak berkembang. Dan para Ulama’ hanya menulis buku-buku kedalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.
Bagaimanapun kerajaan Turki Utsmani sudah banyak berjasa, kepada dunia islam. Terutama dalam memperluasan wilayah kekuasaan islam kebenua Eropa.
 “Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan keEropa Timur yang belum masuk kedalam wilayah kekuasaan dan agama islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan, kecuali dalam hal yang bersifat fisik, perkembangannya jauh berada dibawah kemajuan politik, maka negeri-negeri yang sudah-sudah ditaklukan itu akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, dan perjalanan dakwa belum berhasil dengan maksimal.”[37]


E.     KEMUNDUDRAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
“Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Utsmani memulai memasuki fase kemunduran karena “kerajaan Turki Utsmani senantiasa mempunyai sultan-sultan yang lemah.”[38] Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat.”[39] Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti dengan sultan Salim II (1566-1573 M). dimasa ini lah pemerintahannya terjadi sebuah pertempuran antara armada laut kerajaan Utsmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut spanyol, angkatan laut bundukia, angkatan laut sri paus dan sebagai kapal para pendeta malta yang dipimpin oleh don jauh dari spanyol. Karena pertempuran inilah terjadi di selat Liponto (yunani), dalam pertempuran kali ini kerajaan turki utsmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Namun, pada masa sultan berikutnya, murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.
Pada masa sultan Murad III (1574-1595 M) kerajaan turki Utsmani pernah berhasil menyerbu kaukasus dan menguasai Tiflis di laut hitam (1577 M). merampas kembali Tibris, menundukkan Georgia, dan mencampuri urusan dalam negeri polandia, mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. namun, karena kehidupan moral pada masa kepemimpinan murad III yang tidak baik, sehingga menyebabkan timbilnya kekacauan dalam negeri sendiri. Apalagi ketika pemerintahan di pegang oleh sultan Muhammad III (1595-1603 M). dalam situasi yang kurang baik itu, Australia berhasil memukul kerajaan Utsmani.setalah sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk, dengan naiknya Mustafa I (1617-1623 M) karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasi, syaikh Al-islam, mengeluarkan fatwa agar tidak turun ia turun dan diganti oleh Ustman II (1618-1622 M). pada masa sultan Ibrahim (1640-1648 M) erkuasa, orang-orang vineti, melakukan peperangan laut melawan dan mengusir orang-orang turki dari Ciprus dab Creta tahun 1645 M. 1699 M terjadi sebuah perjanjian karlowith yang memaksa sultan untuk menyerahkan sluruh Hongaria, Podonia, Ukraina, Morea dan sebagi Delmatik kepada orang-orang Vinetia. Setelah itu, pada tahun 1770 M, tentara rusia mengalahkan armada kerajaan utsmani di sepanjang pntai Asia Kecil. Akan tetapi tentara rusia dapat di berantas hinga titik kekalahannya, pada saat pemerintahan sultan Mustafa III (1757-1774 M). penganti sultan Mustafa III yaitu Abdul Hamid (1774-1789 M), pada masa pemrintahan sultan hamid lah terjadi perjanjian kinarja di kutcuk kinarja. Isi dari perjanjian tersebut adalah:
1.      Kerajaan Utsmani harus menyerahkan benteng-benteng yang ada di laut hitam kepada rusia dan memberikan izin kepada armada rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan laut hitam dengan laut putih,
2.      Kerajaan Utsmani mengakui kemerdekaan kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di kerajaan Utsmani pada akhir-akhir keberadaan kerjaan Turki Utsmani. Akhirnya satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekaan diri. Bahkan beberapa daerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. . “keadaan IPTEK Turki Utsmani, pada akhirnya Turki Utsmani runtuh karena banyak diserang oleh Eropa yang didukung dengan kecanggihan yang terus-terus berkembang ditengah-tengah mereka.”[40]Dimesir dinasti mamalik akhirnya melepaskan diri di bawah Ali Bey tahun 1770 M, di Lebanon dan Syiria, Fakhruddin seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam damaskus. Dipersia kerajaan safawi juga mengadakan perlawanan terhadap Utsmani. Dan Arabia juga bangkit melepaskan diri dari Utsmani dengan aliasi antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan penguasa local Ibnu Sa’ud pada awal peruh kedua abad ke-18 M.
            Dengan demikian, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di kerajaan Utsmani ketika ia sedang mengalami kemunduran, bukan hanya terjadi di daearh-daerah yang tidak beragama islam seperti di wilayah Eiopa Timur, tetapi juga terjadi di daerah-daerah yang berpenduduk muslim.
“gerakan-gerakan sparatisme terus berlanjut hingga pada abad ke-19 sampai ke20. Ditambah dengan munculnya gerakan moderenisasi politik dipusat peerintahan, kerajaan Utsmani akhirnya berakhir dengan berdirinya republic Turki  pada tahun 1924 M. dan mengangkat Mustafa kamal Ataturk sebagai presiden pertama di republic Turki. Dalam percaturan politik selanjutnya turki tidak begitu memiliki pengaruh yang dominan bahkan orang Eropa menyebutnya The sick man of the Europa.”[41]
            Selain persoalan tersebut, masih ada beberapa factor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Utsmani diantaranya:
1.      Luasnya wilayah kekuasaan Utsmani, tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi penaklukan, sementara penataan system dan tata pemerintahan terabaikan.
2.      Pemberontakan Jennisary. Pada masa belakang Jennisary tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, namun keberadaannya telah didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu.
3.      Penguasa tidak cakap. Generasi penguasa Utsmani sesudah sulaiman al-Qanuni cenderung lemah perjuangannya.
4.      Merosotnya perekonomian Negara akibat sejumlah peperangan, dimana sebagai peperangan tersebut pihak turki mengalami kekalahan.
5.      Stagnasi bidang ilmu dan teknologi, kemajuan bidang militer tidak diseimbangi dengan ilmu dan teknologi.
6.      Tumbuhnya gerakan nasionalisme. Kekuasaan turki atas jumlah wilayah yang didudukinya bermula dari gerakan penyerbuan dan penaklukan.
“Menurut Mustafa Kamal, kemunduran-kemunduran Turki Utsmani disebabkan karena tidak beresnya system kekhalifahan.”[42]  Dan factor penyebab kemunduranya Turki Utsmani selain yang di paparkan diatas ada beberapa tangapan yang lain yaitu:
“faktor menyebabkan kemunduran: 1). Lemahnya kontrol yang lemah terhadap wilayah yang luas. 2). Adanya peperangan Utsmani dengan Eropa. 3). Kemerosotan moral beberapa penguasa Utsmani. 4). Kemerosotan ekonomi yang disebabkan oleh, a). tingginya biaya peperangan, b). kurangnya pemasukan Negara karena hilangnya pelabuhan, c). ditemukannya emas dan perak di Amerika yang memasuk kebutuhan orang-orang Eropa, d). ditemukannya jalur pelayaran langsung dari eropa kedunia Timur. 5).mengabaikan kesejahteraan rakyat karena terfokus pada peperangan”[43]
Hal tersebutlah yang dapat menjadikan masa kemunduran pada saat kerajaan Turki Utsmani.
“Kerajaan Utsmani: mengalami kemunduran dikarenakan adanya disintegrasi bangsa, sebagai akibat adanya penyerangan dari spanyol. Fase kemunduran Turki Utsmani berjalan secara perlahan-lahan, fase kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengkibatkan ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya, sehingga sampailah pada kemunduran yang cukup drastic di abad ke-17 dan abad ke-18, dan berakhir pada abad ke-20.”[44]

F.      PEMBAHARUAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
            Sebelum abad pertengahan, pembaharuan di Turki hanya dalam hal-hal politik dan kemilliteran saja, sedangkan ilmu pengetahuan belum berkembang, dalam “bidang politik dan pemerintahan. Sultan sulaiman telah membuat undang-undang sehingga beliau dikenal dengan sebutan al-Qanun.”[45] Dan kemajuan “Dalam bidang kemilliteran, pada zaman Ourkhan I (1326-1359) dibentuk tentang model baru yang lebih beratur, diberi gaji yang tetap yang diberi nama Jenisseri. Tentara tersebut dikenal pula dengan sebutan Inkisyariah.”[46] Dan sebenarnya tentara Turki tersebut hanya sebagaian yang berkebangsaan Turki asli, tapi sebagaian besar diambil dari putra-putri nonmuslim, antara lain Yugoslavia, Albania yang ke Istambul diberi pendidikan Islam dan milliter serta disiplin yang keras.
            Dalam perkembangan selanjutnya tentara (jenisseri) sedikit demi sedikit dapat menguasai daerah Utsmani dan membunuh para Sultan yang tidak disukainya, Kekalahan kerajaan Turki Utsmani mendorong para raja-raja dan pemuka-pemukanya menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan kemenangan pihak lawan. “Pada tahun 1720, celebi Mehmed pergi ke paris sebagai duta dengan instruksi mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi prancis lainnya serta memberikan laporan. Di tahun 1741, anaknya, said Mehmed dikirim pula ke paris. Laporan-laporan kedua duta ini menarik perhatian Sultan Ahmad III, untuk memulai pembaruan.”[47] Dan di Kerajaan ini mulai usaha pembaruannya yaitu pada masa Sultan Ahmad III (1703-1730 M) namun, pembaruan pada pra Modern ini tidak membawa hasil yang diharapkan, karena penguasa kerajaan Turki Utsmani terlalu mengfokuskan pada pembaruan dibidang milliter dan mengabaikan hal-hal lain yang menjadi pendukung.
            Pembaruan kedua pun mulai terjadi setelah Yenisseri berhasil dihancurkan oleh Mahmud II, pada tahun 1826 M, pembaruan inilah yang pada akhirnya membawa pada pembaruan-pembaruan besar di Turki. “Modernisasi atau pembaharuan bisa pula disebut dengan “reformasi“, yaitu membentukan kembali, atau mengadakan perubahan kepada yang lebih baik dapat juga dikatakn dengan perbaikan.”[48] Yang mana, “pertama kali yang menyeponsori pembaharuan hokum islam adalah Negara Turki”[49]  Di Turki pembaharuan ini dimulai dengan hal-hal yang bersifat untuk kepentingan milliter.
Sultan Mahmud II memuasatkan perhatiannya pada berbagai pembaruan Internal. Perbaikan Internal ini dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan  bersenjata “Pembaruan di Turki Utsmani ada dua periode, yaitu: 1) sebelum periode modern dan 2) periode modern”[50].“Faktor-faktor penghambat pembaruan pada masa sebelum periode modern masih sangat dirasakan pada masa pemerintahan Mahmud II.”[51] Dalam kondisi yang seperti itu Mahmud II memprioritaskan pembaruan pada bidang milliter, karena hal itu suatu kebuuhan yang sangat mendesak. Tapi disamping itu, Mahmud II mengadakan pembaruan pada bidang lain, seperti pemerintahan, pendidikan dan ekonomi.
Pembaruan di kerajaan Turki Utsmani abad ke-19 sama halnya dengan pembaruan di Mesir. Pada pembaruan di Turki Utsmani di pelopori oleh Sultan Mahmud II yang membawa langkah-langkah pembaharuannya dengan seklarisasi dan westernisasi untuk mengulangi kemunduran bangsa turki. “Dalam langkah-langkah pembaharuan yang dilakukan oleh sultan Mahmud banyak mendapatkan tantangan dari ummat Islam. Akibatnya timbullah ide-ide pembaharuan yang sesuai dengan ajaran Islam atau islamisme. Islamisme tidak berhasil dan bahkan menimbulkan ide Nasionalisme”[52] dan “menurut system pemerintahan dengan kekuasaan absolute oleh raja-raja Islam perlu diganti dengan system pemerintahan khalifah empat, yaitu system pemerintahan demokrasi, juga berjuang untuk memurnikan ajaran Islam dan kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya”[53].
Pembaruan dibidang milliter dilanjutkan dengan mendirikan Sekolah Milliter pada tahun 1830, kemudian dilanjutkan dengan mendirikan Akademik Milliter pada tahun 1840. Selanjutnya Sultan Mahmud mengadakan perbaikan dibidang pendidikan didorong untuk memenuhi kebutuhan pendidikan untuk para pejabat milliter, dokter milliter, pada tahun 1827 ia mendirikan sekolah Kedokteran Tibhone I Amire dan sekolah tehnik Muhendisane dikota Istambul. “mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan umum ke dalamnya sebagai halnya didunia islam lain waktu itu memang sulit.”[54] Dan Selain mendirikan sekolah, sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa untuk menimba ilmu ke Eropa yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di kerajaan Utsmani.
Dalam lapangan nonmelliter, pemikiran dan usaha pembaharuan dirintis antara lain oleh Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M), seorang Hongaria yang ketika masih muda tertangkap dalam perang Utsmani-Hongaria, kemudian masuk islam. Usaha-usaha pertama menghasilkan pembukaan usaha percetakan di istambul, untuk mencetak buku-buku, al-qur’an, hadist, fiqih, ilmu kalam, tafsir. Dan lain-lain ( pengetahuan pada saat kerajaan turki utsmani ).namun, usaha-usah Ibrahim Mutafarrika mengalami hambata, diantaranya, kekurangan dana, kelompok Jenisseri kurang menyetujui adanya pembaharuan dibidang ilmu pengetahuan, kalangan ulama mencurigai bahwa ide-ide pembaruan yang datang itu dari Eropa, adanya percetakan aka menghilangkan atau mengurangi penghasilan para kaligrafer.
            Pada abad pertengahan Dunia Barat telah Maju, ditandai dengan beberapa kemajuan dan penemuan Teknologi modern. Perkemabangan IPTEK ini disamping menimbulkan hal-hal yang positif ada pula negatifnya, sedangkan ummat Islam dibelahan bagian Timur sedang bersimpuh dibawah penindasan dan juga terlena dibawah sisa kemegahan kulturnya dimasa silam yang telah sirna, namun dibelahan Barat (Asia Barat) kurang lebih 1300 telah berdiri pula kerajaan Turki Utsmani, namun mereka kurang berbudaya, mereka hanya mengandalkan kemajuan Millter, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun mereka ini merupakan ancaman bangi eropa.         
            Bangsa turki adalah bangsa yang pemberani dan disiplinnya sangat tinggi. Dan “Turki adalah bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar islam, yakni Turki Usmani.”[55] Turki yang dipimpin oleh Ertughril yang selanjutnya menjelma menjadi Turki Utsmani yang puncuk kemegahannya dari tahun 1520-1566 dibawah pemerintahan sulaiman I, namun akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19 dan mendapatkan sebutan Orang sakit (the sick men). Namun, meski pun Turki mendapatkan gelar The Sick Men, tapi sebenarnya berkat ketentuan para pembaharuan dan para tokoh-tokoh Negara itu dapatlah bangkit kembali dengan mengadakan beberapa fase modernisasi.:
a.       Usaha Rasyid Pasya (1839) yaitu sentralisasi pemerintahan dan moderenisasi angkatan bersenjata.
b.      Usaha dari Fuad, Namik, Ali Pasya dan Midat Pasya (1861-1876) terutama bidang pendidikan, Bank Nasional, Hukum dan perundang-undangan.
c.       Usaha Turki Muda (1896-1918) yang berusaha dan bertujuan:
-          Reoganisasi Negara secara Moderen
-          Nasionalisme Turki
-          Kesatuan bangsa, Negara dan bahasa
d.      Usaha Kamal Pasya:
-          Menetapkan undag-undang dasar (1924) pelajaran membaca dan menulis latin, keharusan nama keluarga, perkawinan, emansipasi wnita dan rencana industry besar-besaran
-          Perjanjian nonagressi dengan Irak, iran dan Afghanistan dan lain-lain dalam perdamaian.
Turki Utsmani terdapat tiga aliran pembaruan, yaitu aliran barat, aliran islam dan aliran Nasional. Menurut aliran barat Turki mundur karena bodoh, menurut aliran islam, Turki mundur karena tidak menjalankan syariat islam. Dan menurut aliran nasional Turki mundur karena keengganan umat islam yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan. “Setelah perang dunia ke I, Mustafa Kamal diangkat menjadi panglima milliter di Turki Selatan tuganya adalh merebut Izmir dari tangan tentara sekutu. Mustafa Kamal berhasil memukul mundur tentara sekutu dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan barat.”[56]
“Menjelang Turki Modernisasi, atau dapat disebut periode Modern, kelahiran Republik Turki yang diproklamasikan oleh Mustafa kamal pada 29 Oktober 1923 merupakan metamorphosis dari imperium Utsmaniyah yang lain sama sekali. Keputusan Mustafa Kamal untuk membentuk Turki sebagai Negara secular modern didasarkan kepada kekecewaannya yang amat mendalam terhadap system kekhalifahan sebelumnya. Dalam pandangan Mustafa Kamal, kekhalifahan Usmani adalah struktur gila yang didasarkana atas sendi-sendi keagamaan yang rapuh.” [57]
Pada awalnya didirikannya Republik Turki, Mustafa Kamal berpenapat bahwa pemerintahan nasional haruslah didasarkan beradasarkan kepada perinsip pokok populisme (kerakyatan). Ini berarti kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus langsung diberikan kepada rakyat, dalam kata arti lain, timbulnya perinsip ini adalah hapusnya system kekhalifahan. Abdul Majid yang sebagai khalifah terakhir pada waktu itu, berusaha untuk mempertahankan system kekhalifahan, namun, usaha yang dilakukan olehnya hanya mendapatkan hasil, system kekhalifahan tetap berlaku, tetapi hanya merupakan jabatan spiritual saja tanpa memiliki kekuasaan politik. Meski pada akhirnya, kematian pada system kekhalifahan terjadi bertepatan juga dengan keluarnya undang-undang yang disetujui dengan dewan nasional agung turki, yang mana undang-undang ini berisikan tentang penghapusan tentang kekhalifahan, menurunkan khalifah dan menghapusnkan kementerian syari’ah dan wakaf dan menyatukan system pendidikan dibawah kementerian pendidikan.
Adapun pembaruan-pembaruan yang dilakukannya adalah:
1.      Pemisahan antara pemerintahan dengan agama. Ide ini diterima oleh MNA.
2.      Kedaulatan Turki bukan ditangan sultan melainkan di tangan rakyat.
3.      Jabatan khalifah dipertahankan, tapi hanya memiliki kewenangan spiritual.
4.      Khalifah Wahid Al-Din melahirkan diri di bawah perlindungan inggris, karena tidak setuju dengan keputusan MNA yang dipimpin Mustafa Kamal.
5.      Merubah bentuk Negara dari bentuk khalifah menjadi republic.
6.      Khalifah dianggap membangkang karena melakukan kegiatan-kegiatan politik.
7.      Turki mendeklarasikan sebagi Negara sekuler dengan menghapus islam sebagi agama Negara.
Reformasi berupa modernisasi upaya untuk mengubah wajah turki secara total dengan menerapkan nilai-nilai modern yang progresif dan meninggalkan segala hal yang dipandang kuku dan kolot. Dan tujuan terakhir yang diajukan Mustafa Kamal dengan reformasi beberapa westernisasi itu adalah membawa turki berbaris bersama-sama dengan peradaban barat, bahkan akan beusaha mencuri satu langkah guna untuk mendahului peradaban barat.


PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang menjadi salah satu tumpuan harapan para kaum muslim ketika itu, Diantara Negara muslim, Turki Utsmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa dan kerajaan Turki Utsmani dipimpin oleh para sultan. System pemerintahanya yaitu sebagai khalifah. Kesadaran akan kelemahan dan kemunduran ummat Islam timbul pada diri peminpin-pemimpin setelah adanya kontak langsung dengan Barat Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah salah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam. Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Karana pada waktu itu, banyak yang beranggapan, barang siapa yang mampu memimpin Konstatinople adalah raja dunia.
 Namun karena Penyimpangan orientasi mereka dibuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, karena eropa banyak melakukan beberapa perubahan. Kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani, baru mulai tergerak ingin melakukan perubahan dalam hidupnya menjadi yang lebih baik. Namun dalam langkah-langkah pembaharuan Turki Utsmani terdapat tiga aliran pembaruan, yaitu aliran barat, aliran islam dan aliran Nasional. Menurut aliran barat Turki mundur karena bodoh, menurut aliran islam, Turki mundur karena tidak menjalankan syariat islam. Dan menurut aliran nasional Turki mundur karena keengganan umat islam yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan. Itu lah pembaruan yang terjadi ketika periode pra modern, adapun ketika menjelang Turki Modernisasi, atau dapat disebut periode Modern, kelahiran Republik Turki, keluarlah anggapan bahwa pemerintahan nasional haruslah didasarkan beradasarkan kepada perinsip pokok populisme (kerakyatan). Ini berarti kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus langsung diberikan kepada rakyat, dalam kata arti lain, timbulnya perinsip ini adalah hapusnya system kekhalifahan.


B.     SARAN

Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih banyak kekurangan, Jadi untuk itu saya meminta kepada saudara saudari semuanya yang membaca makalah ini untuk memberikan saran, kritikan, dan hal-hal lainnya yang bisa membangun untuk menuju kepada yang lebih baik. Dan supaya ada kemanfaatan dari makalah yang saya buat.



[1] . Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Amzah, 2013, hlm.193
[2] . . Ibid, hlm.193
[3] . Philip K. Hitti, History of the Arabs, Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta, 2006, hlm.905
[4] . op.cit., hlm.194
[5] . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2013, hlm.286
[6] . Abdul Hamid dan Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2010, hlm.263
[7] . Istianah Abubakar, Sejarah Peradaban Islam untuk Perguruan Tinggi Islam dan Umum, Malang:UIN-Malang Press, 2008, hlm.122
[8] . Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura:Kerjaya Printing Industries Pte Ltd Singapore,2005, hlm.553
[9] . N. Abbas Wahid dan Suratno, Sejarah Kebudayaan Islam, Solo:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, hlm. 67
[10] . Hamka, op.cit. hlm.550
[11] . Istianah Abubakar,op.cit. hlm.122-123
[12] . Samsul Munir Amin, Op.cit., hlm.195
[13] . Ibid
[14] . Ibid,. hlm.196
[15] . Ibid,.hlm.197
[16] . Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm.181
[17] . Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra, 2011, hlm.134
[18] . Istianah Abubakar, Op.cit., hlm.124-127
[19] . Ibid.,hlm.124
[20] . Ajid Thohir, Op.cit,.hlm.185
[21] . Abu Salamah dan Chaidir Anwar, Islam Jalan Mutlak, Jakarta: Pustaka Jaya, 1986, hlm.317
[22].  Ibid,. hlm.319
[23] . Abdul Hamid dan Yaya, Op.cit,. hlm.266
[24] . Abbas Wahid dan Suratno, Op.cit,. hlm.69
[25]. Istianah Abubakar, Op.cit,. hlm.128
[26] . Samsul Munir Amin, Op.cit,., hlm 200
[27] . Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang:PT. Karya Toha Putra,2009, hlm.150-151
[28] . Abbas Wahid dan Suratno, Op.cit,. hlm.69
[29] . Samsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2007,  hlm.199
[30] . Ajid Thohir, Op.cit,. hlm.188
[31] . Samsul Munir Amin .Op.cit,. hlm.202
[32] . Ajid Thohir, Op.cit,. hlm.186
[33] . Abbas Wahid dan Suratno, Op.cit,. hlm.69
[34] . Ibid
[35] . Ajid Thohir, Op.cit,. hlm.187
[36]. Samsul Munir Amin, Op.cit,. hlm 204
[37] . Ibid,. hlm.205
[38] . Choirun Niswah, Sejarah Pendidikan Islam, Palembang: Noer Fikri Offset, 2014, hlm.135
[39]. Samsul Munir Amin, Op.cit,. hlm.205
[40] . Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm.250
[41] . Samsul Munir Amin, Op.cit,.  hlm.207
[42] . Murodi, Op.cit,., hlm.156
[43] . Istianah Abubakar, Op.cit,. hlm.130
[44] . Fatah Syukur, Op.cit., hlm.152
[45] . Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.12
[46] . Ibid
[47] . Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:PT Bulan Bintang, 2003, hlm.7
[48] . Yusran Asmuni,Op.cit., hlm.2
[49] . Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2007, hlm.239
[50] . Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011, hlm.198
[51] . Choirun Niswah, Op.cit,. hlm.137
[52] . Yusran Asmuni, Op.cit,. hlm.9
[53] . Ibid,. hlm.9-10
[54] . Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011, hlm.119
[55] . Ajid Thohir, Op.cit., hlm.218
[56] .  Dedi Supriyadi, Op.cit,. hlm265-266
[57].  Ajid Thohir,Op.cit,. hlm.229