Makalah Sejarah Peradaban Islam
![]() |
Pembaharuan pada Masa Kerajaan Turki Utsmani
Nama
:
Nim:
MARGIANTI
13270058
DOSEN
PEMBIMBING:
MARYAMAH. M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH IAIN
RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2014/ 2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya
haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan petunjuk, bimbingan dan
kekuatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat sebagai salah satu bahan belajar dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang insyallah
berguna dalam membantu proses belajar mahasiswa. Makalah ini membahas tentang Pembaharuan
pada Masa Kerajaan Turki Utsmani
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan makalah yang baik, namun penyusun menyadari masih banyak
kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi mahasiswa. Amin
Palembang,
Juni 2014
Penyusun
PENDAHULUAN
Pada periodisasi
peradaban masyarakat islam, ketika kekuasaan imperium Abbasiyah di Baghdad
mengalami keruntuhan akibat serangan tentara Mongol, vitalisasi politik umat
islam mengalami kemunduran secara drastic. Wilayah kekuasaannya terpecah belah kedalam
beberapa kerajaan kecil. Yang satu sama yang lain saling memerangi. Beberapa
peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan
bangsa Mongol dan Timur lenk. Secara keseluruhan Vitalisasi politik masyarakat
islam mulai bangkit kembali ketika perkembangannya tiga kerajaan besar, yaitu
Turki Utsmani, Mughal di India, Safawi di Persia.
Munculnya tiga
kerajaan besar, khususnya Turki Utsmani, yang dapat mencapai kepuncak kejayaan,
bagi masyarakat Muslim sacara substantive telah member arti tersendiri. Bahwa
semenjak periode 1000-1500 M, kekuatan masyarakat islam sudah sangat begitu
lemah. Selama periode tersebutlah islam tidak memiliki kekhalifahan yang diakui
oleh semua masyarat sebagai symbol persatuan. Namun, sejak kemunculan Kerajaan
Turki Utsmani dalam panggung sejarah peradaban Islam telah memberikan arti bagi
revivalisasi dan revitalisasi islam dalam wacana konstalisasi politik dan
peradaban. Karena secara garis geografis, kerajaan ini terletak pada daerah
yang stategis dan merupakan pintu gerbang ketimur tengah sekaligus merupakan
kerajaan yang menguasai selat-selat vital yang menghubungkan laut Hitam dan
laut Tengah.Oleh karena itu, siapa pun yang dapat menaklukan konstantinopel dan
dapat menjadi penguasa, dia adalah penguasa dunia. Seperti pada kenyataannya
bahwa kerajaan Turki dapat menguasai konstatinopel.
Kerajaan Turki
Utsmani dapat mengembalikan kegagahan dan keperkasaan yang sangat luar biasa,
dan dapat kembali menyambung usah dan kemegahan yang lama telah silam. Karena,
“Dinasti turki utsmani merupakan kekhalifahan yang sangat cukup besar dalam
islam dan memiliki pengarauh cukup singnitifikan dalam perkembangan wilayah
islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa turki memiliki peran yang sangat
penting dalam perkembangan peradaban islam.”[1] Dan pada masa kerajaan Turki Ustmani, “permulaan
pada abad ke-20 telah dapat mempertahankan kemegahan islam, baik secara menyerang
pada masa kejayaan maupun mempertahankan pada masa keruntuhan.”[2]Namun
“Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan pada saat itu senantiasa
dalam keadaan genting.Ibukota Negara ini, pertama kali didirikan pada 1326,
adalah Brusa. Mendekati 1366. Emirat itu telah berkembang lebih stabil,
mendapatkan pijakan yang lebih kokoh di daratan Eropa, dan berkembangan menjadi
sebuah kerajaan besar dengan Adrianopel (edirna) sebagai ibukota.”[3]
“Diantara Negara muslim, Turki
Utsmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama
berkuasa. Pada masa sultan usman, orang turki bukan hanya merebut Negara-negara
Arab, tetapi juga seluruh daerah Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul, ibukota
kekerajaan itu, mereka menguasai daerah-daearah di sekitar laut tengah dan
berabad-abad lamanya Turki merupakan factor pentingdalam perhitungan ahli-ahli
politik di Eropa Barat, Disnati Turki Utsmani merupakan kekhalifahan Islam yang
mempunyai pengaruh besar dalam peradaban dunia Islam.”[4]
Dan salah satu tempat kerajaan Turki utsmani terdapat di Istambul (Turki).
“Istambul adalah ibukota kerajaan Turki Utsmani.”[5]
“Secara umum, ada tiga factor yang menjadi penyebab munculnya
Kerajaan Turki Utsmani yaitu:1.Terbunuhnya Raja Khawarizmi, jalaludin
mangurbiti, oleh rival politiknya. 2.Kebehasilan bangsa Turki yang dipimpin
oleh Ertoghrul membantu sultan Saljuk, Alaludin II dalam melakukan penyerangan
terhadap Byzantium. 3.Runtuhnya kerajaan dinasti Saljuk oleh serangan bangsa
Mongol.Karena kebiyasaan utama bangsa turki adalah melakukan pengembaraan.” [6]
Hal tersebutlah yang dapat melatar belakangi munculnya Kerajaan Turki Utsmani.
PEMBAHASAN
A.
MUNCULNYA
KERAJAAN TURKI UTSMANI
Turki Utsmani
merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam islam dan memiliki pengaruh yang
cukup signifikan dalam pembangunan wilayah islam di asia, afrika dan eropa. Dan
munculnya dinasti utsmani di turki terjadi pada saat dunia islam mengalami
frakmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan abbasiyah (kira-kira
ke-9). Meskipun, telah ada kekuasaan pada pemerintahan bani Umayyah di
Andalusia dan Bani Idris di bagian barat Afrika Utara, namun frakmentasi
kekuasaan semakin kuat dan menonjol pada masa abad ke-9. Pada masa kerajaan
Turki Utsmani lah yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling
lama berkuasa.
“Untuk memahami
kerajaan Utsmani maka perlulah kiranya mengetahui gambaran umum tentang
kerajaan Utsmani seperti dibawah ini :
|
Pendiri
|
Usman putra
Arthagol
|
|
Puncak
kekuasaan
|
Sulaiman I
|
|
Wilayah
kekuasaan
|
Asia,
Afrika,Eropa
|
|
Ibukota
|
Istanbul-Turki
|
|
Factor
kemunduran
|
Pemberontakan
internal dan peperangan melawan Eropa
|
|
Masa
kekuasaan
|
625 tahun
(1299-1924)
|
Kemunculan kerajaan Utsmani setidaknya perlu memahami 2 hal, yaitu
(1). Sosok yang mempunyai andil dalam pendiri kerajaan Utsmani, (2). Proses
terbentuknya kerajaan Utsmani.”[7]
“Nama kerajaan
Utsmani itu di ambil dari Sultan Utsman bin Sauji bin Artugal bin Sulaiman Syah
bin Kia Alp. Kepala kabilah kabi di Asia Tengah.”[8]
Dan Pendiri kerajaan ini dari kebangsaan
turki dai kabilah Oghus yang mendiami daerah mongol dan daerah Utara Cina. Karna
“Utsman berasal dari suku bangsa Turki kabilah Oxuz yang mendiami daerah
sebelah utara tanah Tiongkok,yakni Mongalia di Asia Tengah, utara laut Kaspi.
Karena daearah itu tandus, Usman dan penduduk setempat pindah ke Turkistan.”[9] Yang
mana pada saat itu,“Bangsa turki memang bangsa gagah perkasa, keturunan darah
Tauran. Yang tahan panas, dingin, dan sabar dalam berperang.”[10]
Namun, dibawah tekanan serangan dari mongol pada abad ke-13 mereka melarikan
diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah sodara
mereka (orang-orang turki di dataran tinggi, Asia Kecil). Dibawah pimpinan
Ertoghul, mereka mengabdi kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang
kebetulan sedang berperang melawan Bizantium, atas berkat bantuan dari mereka
lah sultan Alauddin mendapatkan kemenangan, atas rasa berjasa baik dan
berterimakasih alauddin memberikan sebuah hadia kepada mereka, yaitu sebidang
tanah di Asia kecil, perbatasan dari daerah Bizantium. Sejak itulah mereka
mambina wilayah barunya.
“Proses berdirinya kerajaan Utsmani tidak bisa dilepas dari sultan
Alauddin II (sultan Seljuk Rum), Arthagal dan Usman. Ketiganya memainkan
perannya mulai dari sebuah kelompok kecil sampai bentuk kerajaan yang sangat
solid. Sehingga kalaupun dipadatkan adalah seperti dalam table dibawah ini:
|
1
|
Sultan Alaudin Syah
|
Member wilayah kepada suku kiyi yang merupakan cikal
bekalkerajaan utsmani
|
|
2
|
Arthogol
|
Membantu Alaudin (sultan Seljuk) melawan kekaisaran romawi yang
kemudian diberi wilayah di perbatasan Byzantium
|
|
3
|
Usman- putra arthogol
|
Meneruskan kebijakan Orthogol sehingga berhasil menarik simpati
Alaudin dengan imbalan:
1.Diberi jabatan sebagai gubernur
2.Adanya penambahan wilayah
3.Diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri
|
Terlepasnya Utsmani dari Seljuk diakibatkan ketidak mauan Utsmani
untuk membantu Seljuk ketika mendapatkan serangan dari mongol yang berakhir
dengan kekalahan Seljuk.”[11]
Tepatnya pada
tahun ke 1300 M, bangsa mongol, menyerang kerajaan Suljuk dan Sultan Alauddin
pun terbunuh. Sehingga mengakibatkan kerajaan Suljuk menjadi terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil. Dan ketika itulah Utsmani mengaku kemerdekaannya
dan berkuasa atas daerah yang didudukinya. Adapun penguasa pertama adalah
Utsmani I. setelah Utsmani mengakui bahwa dirinya sebagai Raja besar keluarga
Utsman pada tahun 699 H (1300 M). sedikit demi sedikit berjalannya kerajaan utsmani
dapat memperluas kerajaanya.“Ia menyerang daerah perbatasan dari Bizantium dan
menakhlukkan kota Broessa tahun 1317 M, yang kemudia pada tahun ke 1326 M
dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Utsmani.”[12]
“Pada masa
pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) turki utsmani dapat menakhalukan Azumia (1327
M), Tasasyani (1330 M), Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian bumi Eropa
yang pertama kali diduduki kerajaan utsmani”[13].
Namun ketika Murad I berkuasa (1359-1389 M) menetapkan keamanan dalam negri, ia
melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Pada masa kekuasaan Murad I ini, “ia
melakukan penaklukan Adrianopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah
bagian utara Yunani.”[14]
Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, paus pengobar
semangat berperang, sejumlah besar pasukan sekutu dari Eropa siap untuk
menyerang dan memukul mundur turki utsmani. Pasukan ini di pipin oleh sijisman,
raja dari Honggaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M) penganti dari Murad
I, mampu menghancurakan pasukan sekutu Kristen Eropa, dan peristiwah ini l ah
yang dapat dijadikan catatan sejarah yang sangat gemilang bangi umat Islam.
Turki Utsmani
mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat
peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Sultan
Muhammad II yang sering dikenal dengan sultan
Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan Bizantium dan
menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Akhirnya ibu kota bizantium dapat
ditaklukan oleh pasukan Islam yang dibawah pada kekuasaan turki utsamani dan
pada masa pemerintahannya sultan Muhammad II yang digelari sebagai Al-Fatih,
sang penakluk.
Dengan terbukanya
kota Konstantinopel yang dijadikan sebagai benteng pertahanan kekuatan untuk
orang-orang Bizantium, menjadi suatu hal yang mudah untuk menuju arus Ekspansi Turki Utsamani ke benua
Eropa. Dan bagian Eropa bagian timur telah terancam akan penaklukannya utsmani
terhadap benua Eropa bagian Timur.karna ekspansi turki utsmani dilakukan di
daerah ini pula. Bahkan sampai terbukanya pintu gerbang kota Wina, Austria.
Akan tetapi, ketika sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan
perhatiannya kearah timur dengan menaklukan Persia,syiria dan dinasti Mamalik
di Mesir. Usaha sultan Salim ini di kembangkan dengan sultan Sulaiman
Al-Quanuin (1520-1566 M) yang berhasil menundukan Irak, Belgrado, pulau Rhodes,
Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian lah semakin luas wilayah Turki
Utsmani.
“Setelah sultan
Sulaiman meningal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya,
yang menyebabkan kerajaan Turki Utsamani mundur.”[15]
Meskipun atas penyebab itulah terjadinya kemunduran,kerajaan ini untuk masa
beberapa abad masih dipandang Negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.
Kerajaan Turki Utsmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya (1299-1924 M),
diperintah oleh 38 sultan. Kejayaan Turki Utsmani dialami pada abad ke-16,
ketika pencapaian kejayaannya hingga kedaerah yang membentang dari selat Persia
di Asia sampai kegerbang kota Wina di Eropa. Dan kemajuan, perkembangan
ekspansi kerajaan turki utsmani yang deikian luas dan berlangsung dengan cepat
itu diikti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam
aspek peradabannya, dan termasuk pula pada beberapa bidang yang lain seperti
militer, pemerintahan, agam, kebudayaan dan intelektual. Karena pada kerajaan
turki sangat lah “Eksistensi kekerajaan Turki Utsmani sangat diperhitungkan
oleh ahli-ahli pilitik barat.”[16]
Sehingga pada hal ini didasarkan kepada realita sejarah bahwa selama
abad-abadnya Turi Utsmani berkuasa telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap perkembangan peradaban.
B.
PEMIMPIN-PEMIMPIN
KERAJAAN TURKI UTSMANI
Pada masa kerajaan Turki Utsmani inilah yang
pemimpinnya tidak sedikit, yang mana kerajaan Turki Utsmani lah kerajaan yang
bertahan cukup lama, karena “kerajaan Utsmani berkuasa sekitar 625 tahun
(1299-1924 M)."[17]
“untuk memahami pemerintahan Utsmani maka perlu diketahui para
pemimpinnya. Utsmani tentu saja mempunyai pemimpin yang tidak sedikit jumlahnya
mengingat Utsmani adalah pemerintahan yang cukup lama. Adapun kepala pemerintahannya
menurut adalah:
|
No
|
Nama
|
Tahun
|
Uraian
|
|
1.
|
Usman I
|
1300-1326
|
Mendapatkan kekuasaan setelah meninggalnya Suljuk Rum
|
|
2.
|
Orkham
|
1326-1359
|
Memindahkan ibukota kebursa dan adanya pertambahan wilayah
kekuasaan
|
|
3.
|
Murad I
|
1359-1389
|
Mengganti ibukota ke Bursa ke Erdine dan menaklukan Macedonia
|
|
4.
|
Bayazid I
|
1389-1403
|
Menguasai Anatolia Barat dan mendapat gelar Sultan dari al-
Mutawwakil
|
|
5.
|
Muhammad I
|
1402-1421
|
Terjadi banyak perang saudara dikarenakan perebutan kekuasaan dan
sudah masuk period eke-2
|
|
6.
|
Murad II
|
1421-1451
|
Berusaha menstabilkan politik dalam negeri
|
|
7.
|
Muhammad II
|
1451-1481
|
Menaklukan Konstantinople, menjadi gereja Aya Sofia senagai
masjid dan memindahkan Erdine ke Konstantinople sebagai ibukota tahun 1453 M.
dia pun Al-fatih
|
|
8.
|
Bayazid II
|
1481-1512
|
Terkenal sebagai pribadi yang lemah
|
|
9.
|
Salim I
|
1512-1520
|
Menaklukan Mesir dari kekuasaan Mamluk atau memindahkan focus
ekspansi kewilayah Timur
|
|
10.
|
Sulaiman I
|
1520-1566
|
Meletakkan dasar hokum, mendapatkan julukkan yang maha agung
(al-Qanuni/The Manigficent), terkenal sebagai khalifah yang paling lama memerintah.
Dalam hal ekspansi, beliau lebih berfokus pada daerah sekitar utsmani
|
|
11.
|
Salim II
|
1566-1574
|
Telah masuk period eke III dan masa ini terkenal dengan banyaknya
percekcokan dalam istana berkaitan dengan putra mahkota
|
|
12.
|
Murad III
|
1574-1595
|
Menaklukan Georgia
|
|
13.
|
Muhammad III
|
1595-1603
|
Terkenal dengan kekejamannya
|
|
14.
|
Ahmad I
|
1603-1617
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
15.
|
Mustafa I
|
1617-1618
|
Kekacauan terjadi dalam negeri
|
|
16.
|
Usman II
|
1618-1622
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
17.
|
Mustafa I
|
1622-1623
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
18.
|
Murad IV
|
1623-1640
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
19.
|
Ibrahim
|
1640-1648
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
20.
|
Muhammad IV
|
1648-1687
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
21.
|
Sulaiman II
|
1687-1691
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
22.
|
Ahmad II
|
1691-1695
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
23.
|
Mustafa II
|
1695-1703
|
Hilangnya Hongaria dari wilayah usmani
|
|
24.
|
Ahmad III
|
1703-1730
|
Masuk periode ke-4
|
|
25.
|
Mahmud I
|
1730-1754
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
26.
|
Usman III
|
1754-1757
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
27.
|
Mustafa III
|
1757-1773
|
Merebut kembali kawasan sepanjang pantai Asia kecil
|
|
28.
|
Abdul Hamid I
|
1773-1789
|
Mengadakan perjanjian kinarja dengan Catherine II dari Rusia
|
|
29.
|
Salim III
|
1789-1807
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
30.
|
Mustafa IV
|
1807-1808
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
31.
|
Mahmud II
|
1808-1839
|
Merombak pasukan jennisari
|
|
32.
|
Abdul Majid
|
1839-1861
|
Masuk periode ke-5 dan mengeluarkan piagam Guihane
|
|
33.
|
Abdul Aziz
|
1861-1876
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
34.
|
Abdul Hamid II
|
1876-1909
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
35.
|
Muhammad V
|
1909-1918
|
Tidak terbahas secara detail
|
|
36.
|
Muhammad VI
|
1918-1923
|
Tidak terbahas secara detail
|
Dari banyaknya Utsmani di atas, hanya sedikit yang mampu dan sempat
memberikan kontribusinya bagi perkembangan Islam dengan skala global bukan
local. Adapun pemimpin yang dimaksud adalah: Sulaiman”[18]
|
No
|
Nama
|
Kontribusinya
|
|
1.
|
Sulaiman
|
Menaklukan Afrika Utara dan sekitarnya serta meningkatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan terkenal dengan ucapannya
Saya adalah Sultan segala sultan…..
|
C.
SISTEM
PEMERINTAHAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
Dinasti Utsmani
bisa dikatakan pemerintahan yang sangat kemplek, hal ini terlihat dari kondisi
dan budaya yang ada dalamnya, mulai dari system pemerintahan sampai pada
tatanan masyarakat yang secara lengkap dapat dilihat dibawah ini:
|
No
|
Pengaruh
|
Obyek
|
|
1
|
Asia Tengah
|
Model
peperangan yang dilakukan
|
|
2
|
Persia
|
Menerapkan
monarchi absolute
|
|
3
|
Romawi Timur
|
Diterapkan
dalam konsep pemerintahan
|
|
4
|
Arab
|
Ilmu
pengetahuan
|
Adapun pengaruh terbesar adalah orang Arab bahkan dikatakan
kedudukan orang arab dimata dinasti Utsmani seperti kedudukan orang Yunani di mata
orang Romawi.
“Pemerintahan Utsmani dibagi menjadi
5 periode dengan cirri-ciri sebagi berikut:
|
No
|
Periode
|
Uraian
|
|
1
|
Periode I (1299-1402)
|
Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan Utsmani
|
|
2
|
Periode II (1403-1566)
|
-
Masa Transisi
karena perebutan kekuasaan antara anak-anak Bayazid I
-
Jatuhnya
konstantiopel ke tangan umat Islam
|
|
3
|
Periode III (1566-1703)
|
Bertahan tampa adanya kemajuan dalam perluasan wilayah
|
|
4
|
Periode IV (1703-1839)
|
Mengenai kemunduran dengan wilayah yang semakin menyempit
|
|
5
|
Perode V (1839-1924)
|
Adanya pembaharuan di bidang politik, administrasi, kebudayaan
dengan adanya gerakan 1) tanzimat, 2) Utsmani Muda 3) Turki Muda 4) Pan
Turiansme 5) Pan Turkisme 6) Pan Islamisme 7) Nasionalisme Turki.
|
Itulah
pemerintahan pada masa kerajaan Turki Utsmani”[19]
“Dalam system
pemerintahan, sultan adalah penguasa tertinggi. Pelantikan sultan mengikuti
system feudal.”[20]
Pada mulanya sultan-sultan ini terdiri amir-amir yang menjadi tuan tanah pada
masa kerajaan suljuk yang berpusat di konya, orkan adalah salah satu orang dari
amir-amir itu, kemudian memproklamasikan dirinya sebagai sultan. Sultan
merupakan penguasa tertinggi selama pemerintahan Turki Utsmani. Dan menurut
pendapat yang lain tentang pemerintahan di turki, bahwa “Dewan Nasional Agung,
yang terdiri dari anggota-anggota yang terpilih dan sembilan puluh sembilan
presiden kaus muslimin Turki, membuat undang-undang mengenai soal-soal duniawi
dan hokum-hukum yang mengatur negara.”[21]
Semua duniawi dan hokum-hukum yang mengatur suatu Negara. Semua peraturan
pemerintahan Syari’ah mengenai kepercayaan-kepercayaan, salat dan kesusilaan
tetap berlaku dan ditaati rakyat. Akan tetapi, karena tak adanya kekuasaan
pendeta dalam islam, semua orang yang ahli dapat memberikan pendapat mengenai
agama. “di jaman daulah Usmani terdapat menteri syari’ah yang disebut syaikhul
islam dan juga menteri urusan Wakaf. Ketika republic didirikan dewan nasional
agung memberikan kuasa mengenai syari’ah dan wakaf kepada menteri syari’ah.”[22]
Dan Kebijakan nasional diturki bersifat rasial, sebab islam melarang perbedaan
ras. Syarat-syarat utama yang harus dipenuhi oleh sebuah Negara Islam sejati,
pertimbangan-pertimbangan bersama-sama, pengetahuan dan kemampuan, keadilan,
tanggung jawab dan pengawasan yang harus sesuai dengan syariat islam.
“Secara umum
kebijakan pemerintahan kerajaan Turki Utsmani diorientasikan pada dua agenda
besar, yaitu revitalisasi peran politik umat islam dalam konstalasi makro dan
revivalisasi kebudayaan Islam setelah kebudayaan islam yang berpsat Baghdad
dihancurkan oleh tentara Mongol dan Timu Lenk”[23]adapun
upaya peran revitalisasi politik ditempuh memlalui pendekatan ekspansi atau
pengembangan wilayah dengan refresivitas kekuatan milliter yang dijadikan
sebagai instrumen utamanya. Dan upaya revivalisasi kebudayaan ditempuh melalui
pendekatan pengembangan kesenian dan karya seni. Untuk mengetahui lebih jelas
tentang kebijakan pemerintahan Tuki Utsmani, dapat kita lihat pada masa
pemerintahan Erthoghrul, Utsman I dan Urkhan, yang mana kebijakan pemerintahan
dioreiantasikan pada upaya pembentukan kekuatan milliter Turki Utsmani.
Dimasa pemerintahan Murad I, kebijakan pertama yang ditempuh adalah
melakukan konsulidasi keamanan intern dan ekstern dalam upaya meredam
pemberontakan yang meletus diasia kecil. Pada masa sultan Bayazid I, kebijakan
yang diterapkan secara umum tidak berbeda dengan kebijakan pemerintahan
sebelumnya, yaitu melakukan pengembangan wilayah, namun gerakan ekspansi tidak
sampai pada klimaksnya karena berhadapan dengan kekuatan Timur Lenk yang
berambisi mengembalikan imperium yang telah dikuasai nenek moyangnya. Ketika
ada perang sodara, dimenangi oleh Muhammad I.Masa pemerintahan Murad II adalah
melakukan stabilitas keamanan internal yang dilanjutkan dengan melakukan
ekspansi kewilayah Salonika. Dan pada masa Muhammad II berhasil menaklukan
wilayah Konstantiopel, ibukota imperium. Pada masa pemerintahan selanjutnya asa
Bayazid II dan salim I, pada bayazid II tidak ada usaha ekspansi. Dan pada masa
salim I, kembali diorientasikan untuk melakuan ekspansi kembali. Selanjutnya
ada Sulaiman I, ia melanjukan ekspansi kearah timur dan usahannya pun berhasil
diraih
Hal tersebut disebabkan oleh factor-faktor klasik yang biasanya
menyertai kejayaan sebuah imperium, sepeti dekadensi moral, konflik vertical
dan horizontal, serta pertempuran soudara yang nyaris tak terhenti.bertempatan
dengan kondisi yang seperti itu, Turki Utsmani mengalami titik negaif, ia menjadi
ajang penyerbuan pihak rival politiknya hingga turki dibuat takberdaya. Sampai
akhirnya tinggal sebuah Turki sekuler yang bertahan sampai hari ini.
D.
KEMAJUAN-KEMAJUAN
KERAJAAN TURKI UTSMANI
“Kerajaan Turki Utsmani adalah kerajaan islam besar yang menjadi
tumpuan harapan dunia islam. Pada waktu itu Negeri-negeri islam terpecah
belah.Dengan munculnya kerajaan turki utsmani,islam kembali menunjukkan
keperkasaan dan menyambung kemegahan yang lalu.
Samapi pada akhir masa
pemerintahan turki utsmani ini islam masih tetap perkembangan dengan baik.”[24]
Dan semenjak di masa Utsmani bin Artaghol (1299-1326 M), yang dianggap
pembinaan pertama kerajaan Turki Ustsmani ini dengan imperium Ottoman,
timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama islam. Tetapi “kerajaan Utsmani
tidak banyak mengembangkan ilmu pengetahuan, namun mereka menonjolkan dalam
bidang milliter, arsitektur dan agama.”[25]
Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang Ekspansi agama islam ke Eropa.
“Kemajuan lainnya antara lain dalam bidang milliter dan pemerintahan, bidang
ilmu pengetahuan dan budaya, serta dalam bidang keagamaan.”[26]
Dalam perkembangannya turki cukup berpengaruh dalam bidang peradaban islam, karena
sebuah peradaban selalu memiliki sifat yang saling mempengaruhi terhadap
peradaban yang lain sebab setiap perkembangan peradaban sangat dipengaruhi dengan
corak peradaban yang khas. Pengaruh budaya tersebut sampai keberbagai wilayah
Turki Utsmani yang wilayahnya begitu luas dala dunia islam. Dengan demikianlah
kerajaan Turki Utsmani dalam masa pemerintahan yang relative lama dan dengan
segala kemajuan yang telah dicapai pada masa keemasannya. Antara lain
kemajuan-kemajuan yang dicapai pada kerajaan Turki Utsmani adalah:
1.
Bidang Milliter
Pada masa kerajaan Usmani pertama kali adalah orang-orang yang
kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan sangat cepat dan luas
memesat ke beberapa wilayah. Namun, meskipun demikian bukan berarti kemajuan
kerajaan Utsmani semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih
banyak factor hal yang menjadi pendukung keberhasilan ekspansi itu.yang terpenting
adalah keberanian, keterampilan, ketegguhan dan kekuatan milliternya yang
sanggup bertempur kapan saja. (siap siaga).
“Semula kerajaan Utsmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil,
tetapi dengan dukungan militer yang kuat, tidak beberapa lama Utsmani menjadi
sebuah kerajaan besar. Ekspansi Utsmani tidak hanya bergerak kea rah timur
melainkan juga ke arah barat.”[27] Karena Kekuatan milliter kerajaan Utsmani ini
mulai diorganisasikan dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata
dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur milliter Utsmani
berangsung bengan baik. Pembaruan dalam tubuh organisasi milliter dibawah oleh
Orkhan, yang sangat berarti bagi pembaruan milliter turki. Bahkan bangsa-bangsa
yang non-Turki dijadikan sebagai anggota. Dan anak-anak non-Islam (kisten)
sudah di didik atau di asramakan lalu dibimbing dengan ajaran islam dan untuk
dijadikan sebagai prajurit.
Program ini pun berhasil, dengan terbentuknya kelompok milliter
baru (Yennisseri), pasukan inilah yang dapat menjadikan kerajaan Utsmani sebagai
mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan untuk mempermudah dalam
penaklukan Negara-negara yang non-muslim ditimur yang berhasil dengan sukses.
Disamping milliter baru, ada lagi prajurit dari tentara kaum feudal yang biasa
di sebut dengan kelompok milliter Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena
ia memiliki perana yang sangat besar dalam perjalanan ekspansi turki utsmani.
Pada abad ke-16 angkatan laut mencapi kepuncak kejayaannya. Adapun factor utama
yang mendorong kemajuan dilapangan milliter ialah tabiat dari turki itu sendiri
yang bersifat milliter, disiplin, dan patuh terhadap peraturan.
2.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
“Ilmu
pengetahuan kurang begitu berkembang di kerajaan Turki Utsmani. Hal itu mengakibatkan
tidak banyak ilmuwan-ilmuwan terkenal yang lahir pada masa itu. Dalam bidang
arsitektur, kerajaan turki utsmani meninggalkan bagunan bersejarah, seperti
masjid jami’ sultan Muhammad al-fatih, masjid agung Sulaiman, mesjid Abu Ayyub
al-Ansari, masjid Hagia Sophia.”[28]
Pada masa pemerintahan
utsmani ini mulailah banyak perkembangan, salah satunya di “Perkembangan seni
arsitektur banyak dipengaruhi dan berasimilasi dengan kebudayaan local.
Fenomena ini terjadi karena para arsitek muslim belum dapat melepas diri dari
pengaruh corak arsitektur bangunan Byzantium dan romawi yang demikian termasyur
sebelum masuknya islam ke negeri ini.”[29] Dan
adapun Organisari pemerintahan dan kemiliteran yang telah ada dari dahulu
sampai saat ini banyak mereka serap dari Byzantium, dan sedangkan ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, social, kemasyarakatan dan keilmuan mereka
terima dari orang-orang turki Utsmani yang terkenal sebagai bangsa yang senang
dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka terbuka untuk menerima
perbedaan.
Sebangai kerajaan
yang berbangsa turki utsmani yang berdarah militer, turki utsmani lebih banyak
memfokuskan ke bidang militeran, sementara dalam bidang Ilmu Pengetahuan mereka
tidak begitu menojolkan diri. Karena itulah Khanzanah intlektual islam kita tidak
menemukan ilmuwan terkemuka pada masa kerajaan turki utsmani.
“Dari Aspek-aspek Intelektual yang dicapai pada periode ini adalah
benagai berikut:
a.
Terdapat dua
buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu:
1.
Berita harian
Takvini Veka (1831) dan
2.
Jurnal Tasviri
Efkyar (1862) dan Terjumani Ahval (1860)
b.
Pendidikan
Yang terjadi
transformasi pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah
(1861) dan perguruan tinggi (1869) juga mendirikan fakultas kedokteran dan
fakultas hokum dan disamping itu, juga mengirimkan para pelajar yang
berprestasi di prancis untuk melajutkan studinya, yang sebelumnya tidak perah
terjadi.”[30]
3.
Bidang
Kebudayaan
Kerajaan Utsmani di turki telah membawa sebuah peradaban sejarah
yang cukup maju pada zaman kemajuannya. “dalam bidang kebudayaan Turki Utsmani
banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16,17 dan
18. Antara lain abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636
M).”[31]
Nafi’ bekerja hanya untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra
kaside yang dapat mendapatkan tempat dihati para sultan-sultan. Adapun yang
sebenarnya bahwa kebudayaan turki uitu sebuah perpaduan antara bizantium, arab
dan Persia.
“Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia,
Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak menerima ajaran ajaran
etika dan tata karma dalam kehidupan istana. Organisasi pemerintahan dan prinsip-prinsip kemilliteran mereka dapatkan dari kebudayaan
Bizantium. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka dapatkan ajaran-ajaran tentang prinsip ekonomi,
kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.”[32]
Selama pemerintahan Turki Utsmani, kemajuan yang paling pesat
terdapat pada perkembangan di bidang milliter, dibandingkan dengan perkembangan
yang lain-lainnya. Karena kondisi objektif dan protensi dasar etnik turki serta
sesuatu yang dihadapi turki sejak proses berdirinya kerajaan Turki Utsmani
sampai pada perkembangannya, selalu membutuhkan kekuatan milliter yang sangat
kuat untuk menghadapi musuh-musuh yang selalu mengintai kelemahannya.tapi,
meskipun demikian, tidak la mungkin pemerintahan turki mengabaikan
bidang-bidang yang lain. Seperti, bidang seni arsitektur, bidang
intelektual,dan khususnya pada masa-masa terakhir pemerintahannya, “Orang-orang
Turki memang terkenal menerima berbagai macam budaya asing, karena asal-usul
mereka sebagi bangsa nomad yang miski kebudayaan”[33]
4.
Bidang
Keagamaan
Dalam tradisi
masyarakat Turki, agama merupakan sebuah factor penting dalam transformasi
social dan politik seluruh masyarakat. “Pada masa kerajaan Turki Usmani,
masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan juga sangat berkaitan dengan
syariat sehingga fatwa ulama memiliki peran yang penting dalam kehidupan
bernegara. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang member
fatwa resmi terhadap ploblem keagamaan yang dihadapi masyarakat.”[34]
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Turki mengalami kemajuan, termasuk
dalam kehidupan tarekat. Adapun perkembangan tarekat yang terdapat pada tarekat
Bektasyi, dan tarekat Mualawi. Yang mana keduanya memiliki pengaruh yang sangat
dominan dikalangan yeniseri, sehingga mereka sering disebut tentara bektasyi,
sementara tarekat Maulawi mendapatkan dukungan dari para pengasuh dalam
mengimbangi Yenisseri Bektasyi.
Kajian dalam mengenai ilmu-ilmu keagamaan islam, “Kehidupan
keagamaan merupakan bagian dari sistem social, politik kerajaan Turki Utsmani.”[35]seperti
fiqih, ilmu kalam, ilmu tafsir, dan ilmu hadits, dan boleh dikatakan kajian
ilmu itu lah yang dapat memperkembangkan keagamaan islam yang sangat berarti
pada masyarakat Turki. “Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan sutu
faham (mazhab) keagamaan dan menekankan mazhab yang lainnya. Sultan Abdul Hamid
misalnya, begitu fanetik terhadap aliran Al-Asy’ariyah.”[36] Karena
masing-masing mempertahankan mazhab yang di anut, dan terkadang saling bertolak
belakang, yang dapa mengakibatkan kelesuhan dibidang keagamaan dan fanetik yang
berlebihan sehingga ijtihad tidak berkembang. Dan para Ulama’ hanya menulis
buku-buku kedalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah
(semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.
Bagaimanapun kerajaan Turki Utsmani sudah banyak berjasa, kepada dunia
islam. Terutama dalam memperluasan wilayah kekuasaan islam kebenua Eropa.
“Ekspansi kerajaan ini untuk
pertama kalinya lebih banyak ditujukan keEropa Timur yang belum masuk kedalam
wilayah kekuasaan dan agama islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban
dan kebudayaan, kecuali dalam hal yang bersifat fisik, perkembangannya jauh
berada dibawah kemajuan politik, maka negeri-negeri yang sudah-sudah ditaklukan
itu akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, dan perjalanan dakwa belum
berhasil dengan maksimal.”[37]
E.
KEMUNDUDRAN
KERAJAAN TURKI UTSMANI
“Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki
Utsmani memulai memasuki fase kemunduran karena “kerajaan Turki Utsmani
senantiasa mempunyai sultan-sultan yang lemah.”[38] Akan
tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu
tidak langsung terlihat.”[39]
Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti dengan sultan Salim II (1566-1573 M). dimasa
ini lah pemerintahannya terjadi sebuah pertempuran antara armada laut kerajaan
Utsmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut spanyol,
angkatan laut bundukia, angkatan laut sri paus dan sebagai kapal para pendeta
malta yang dipimpin oleh don jauh dari spanyol. Karena pertempuran inilah
terjadi di selat Liponto (yunani), dalam pertempuran kali ini kerajaan turki
utsmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh
musuh. Namun, pada masa sultan berikutnya, murad III, pada tahun 1575 M Tunisia
dapat direbut kembali.
Pada masa sultan Murad III (1574-1595 M) kerajaan turki Utsmani
pernah berhasil menyerbu kaukasus dan menguasai Tiflis di laut hitam (1577 M).
merampas kembali Tibris, menundukkan Georgia, dan mencampuri urusan dalam
negeri polandia, mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. namun, karena
kehidupan moral pada masa kepemimpinan murad III yang tidak baik, sehingga
menyebabkan timbilnya kekacauan dalam negeri sendiri. Apalagi ketika
pemerintahan di pegang oleh sultan Muhammad III (1595-1603 M). dalam situasi
yang kurang baik itu, Australia berhasil memukul kerajaan Utsmani.setalah
sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk, dengan naiknya Mustafa I
(1617-1623 M) karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasi, syaikh
Al-islam, mengeluarkan fatwa agar tidak turun ia turun dan diganti oleh Ustman
II (1618-1622 M). pada masa sultan Ibrahim (1640-1648 M) erkuasa, orang-orang
vineti, melakukan peperangan laut melawan dan mengusir orang-orang turki dari
Ciprus dab Creta tahun 1645 M. 1699 M terjadi sebuah perjanjian karlowith
yang memaksa sultan untuk menyerahkan sluruh Hongaria, Podonia, Ukraina, Morea
dan sebagi Delmatik kepada orang-orang Vinetia. Setelah itu, pada tahun 1770 M,
tentara rusia mengalahkan armada kerajaan utsmani di sepanjang pntai Asia
Kecil. Akan tetapi tentara rusia dapat di berantas hinga titik kekalahannya,
pada saat pemerintahan sultan Mustafa III (1757-1774 M). penganti sultan
Mustafa III yaitu Abdul Hamid (1774-1789 M), pada masa pemrintahan sultan hamid
lah terjadi perjanjian kinarja di kutcuk kinarja. Isi dari perjanjian
tersebut adalah:
1.
Kerajaan
Utsmani harus menyerahkan benteng-benteng yang ada di laut hitam kepada rusia
dan memberikan izin kepada armada rusia untuk melintasi selat yang
menghubungkan laut hitam dengan laut putih,
2.
Kerajaan
Utsmani mengakui kemerdekaan kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang
terjadi di kerajaan Utsmani pada akhir-akhir keberadaan kerjaan Turki Utsmani.
Akhirnya satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini
memerdekaan diri. Bahkan beberapa daerah timur tengah mencoba bangkit
memberontak. . “keadaan IPTEK Turki Utsmani, pada akhirnya Turki Utsmani runtuh
karena banyak diserang oleh Eropa yang didukung dengan kecanggihan yang
terus-terus berkembang ditengah-tengah mereka.”[40]Dimesir
dinasti mamalik akhirnya melepaskan diri di bawah Ali Bey tahun 1770 M, di
Lebanon dan Syiria, Fakhruddin seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai
palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam damaskus.
Dipersia kerajaan safawi juga mengadakan perlawanan terhadap Utsmani. Dan
Arabia juga bangkit melepaskan diri dari Utsmani dengan aliasi antara Muhammad
bin Abdul Wahab dengan penguasa local Ibnu Sa’ud pada awal peruh kedua abad
ke-18 M.
Dengan demikian,
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di kerajaan Utsmani ketika ia sedang
mengalami kemunduran, bukan hanya terjadi di daearh-daerah yang tidak beragama
islam seperti di wilayah Eiopa Timur, tetapi juga terjadi di daerah-daerah yang
berpenduduk muslim.
“gerakan-gerakan sparatisme terus berlanjut hingga pada abad ke-19
sampai ke20. Ditambah dengan munculnya gerakan moderenisasi politik dipusat
peerintahan, kerajaan Utsmani akhirnya berakhir dengan berdirinya republic
Turki pada tahun 1924 M. dan mengangkat
Mustafa kamal Ataturk sebagai presiden pertama di republic Turki. Dalam
percaturan politik selanjutnya turki tidak begitu memiliki pengaruh yang
dominan bahkan orang Eropa menyebutnya The sick man of the Europa.”[41]
Selain persoalan
tersebut, masih ada beberapa factor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki
Utsmani diantaranya:
1.
Luasnya
wilayah kekuasaan Utsmani, tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi
penaklukan, sementara penataan system dan tata pemerintahan terabaikan.
2.
Pemberontakan
Jennisary. Pada masa belakang Jennisary tidak lagi menerapkan prinsip seleksi
dan prestasi, namun keberadaannya telah didominasi oleh keturunan dan golongan
tertentu.
3.
Penguasa
tidak cakap. Generasi penguasa Utsmani sesudah sulaiman al-Qanuni cenderung
lemah perjuangannya.
4.
Merosotnya
perekonomian Negara akibat sejumlah peperangan, dimana sebagai peperangan
tersebut pihak turki mengalami kekalahan.
5.
Stagnasi
bidang ilmu dan teknologi, kemajuan bidang militer tidak diseimbangi dengan
ilmu dan teknologi.
6.
Tumbuhnya
gerakan nasionalisme. Kekuasaan turki atas jumlah wilayah yang didudukinya
bermula dari gerakan penyerbuan dan penaklukan.
“Menurut Mustafa Kamal, kemunduran-kemunduran Turki Utsmani
disebabkan karena tidak beresnya system kekhalifahan.”[42] Dan factor penyebab kemunduranya Turki
Utsmani selain yang di paparkan diatas ada beberapa tangapan yang lain yaitu:
“faktor
menyebabkan kemunduran: 1). Lemahnya kontrol yang lemah terhadap wilayah yang
luas. 2). Adanya peperangan Utsmani dengan Eropa. 3). Kemerosotan moral
beberapa penguasa Utsmani. 4). Kemerosotan ekonomi yang disebabkan oleh, a).
tingginya biaya peperangan, b). kurangnya pemasukan Negara karena hilangnya
pelabuhan, c). ditemukannya emas dan perak di Amerika yang memasuk kebutuhan
orang-orang Eropa, d). ditemukannya jalur pelayaran langsung dari eropa kedunia
Timur. 5).mengabaikan kesejahteraan rakyat karena terfokus pada peperangan”[43]
Hal tersebutlah yang dapat menjadikan masa kemunduran pada saat
kerajaan Turki Utsmani.
“Kerajaan
Utsmani: mengalami kemunduran dikarenakan adanya disintegrasi bangsa, sebagai
akibat adanya penyerangan dari spanyol. Fase kemunduran Turki Utsmani berjalan
secara perlahan-lahan, fase kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat
perjuangan prajurit Utsmani yang mengkibatkan ekonomi semakin memburuk dan
system pemerintahan tidak berjalan semestinya, sehingga sampailah pada
kemunduran yang cukup drastic di abad ke-17 dan abad ke-18, dan berakhir pada
abad ke-20.”[44]
F.
PEMBAHARUAN
KERAJAAN TURKI UTSMANI
Sebelum abad
pertengahan, pembaharuan di Turki hanya dalam hal-hal politik dan kemilliteran
saja, sedangkan ilmu pengetahuan belum berkembang, dalam “bidang politik dan
pemerintahan. Sultan sulaiman telah membuat undang-undang sehingga beliau
dikenal dengan sebutan al-Qanun.”[45]
Dan kemajuan “Dalam bidang kemilliteran, pada zaman Ourkhan I (1326-1359)
dibentuk tentang model baru yang lebih beratur, diberi gaji yang tetap yang
diberi nama Jenisseri. Tentara tersebut dikenal pula dengan sebutan
Inkisyariah.”[46]
Dan sebenarnya tentara Turki tersebut hanya sebagaian yang berkebangsaan Turki
asli, tapi sebagaian besar diambil dari putra-putri nonmuslim, antara lain
Yugoslavia, Albania yang ke Istambul diberi pendidikan Islam dan milliter serta
disiplin yang keras.
Dalam perkembangan
selanjutnya tentara (jenisseri) sedikit demi sedikit dapat menguasai daerah
Utsmani dan membunuh para Sultan yang tidak disukainya, Kekalahan kerajaan
Turki Utsmani mendorong para raja-raja dan pemuka-pemukanya menyelidiki
sebab-sebab kekalahan mereka dan kemenangan pihak lawan. “Pada tahun 1720,
celebi Mehmed pergi ke paris sebagai duta dengan instruksi mengunjungi
pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi prancis
lainnya serta memberikan laporan. Di tahun 1741, anaknya, said Mehmed dikirim
pula ke paris. Laporan-laporan kedua duta ini menarik perhatian Sultan Ahmad
III, untuk memulai pembaruan.”[47]
Dan di Kerajaan ini mulai usaha pembaruannya yaitu pada masa Sultan Ahmad III
(1703-1730 M) namun, pembaruan pada pra Modern ini tidak membawa hasil yang
diharapkan, karena penguasa kerajaan Turki Utsmani terlalu mengfokuskan pada
pembaruan dibidang milliter dan mengabaikan hal-hal lain yang menjadi
pendukung.
Pembaruan kedua
pun mulai terjadi setelah Yenisseri berhasil dihancurkan oleh Mahmud II, pada
tahun 1826 M, pembaruan inilah yang pada akhirnya membawa pada
pembaruan-pembaruan besar di Turki. “Modernisasi atau pembaharuan bisa pula
disebut dengan “reformasi“, yaitu membentukan kembali, atau mengadakan
perubahan kepada yang lebih baik dapat juga dikatakn dengan perbaikan.”[48]
Yang mana, “pertama kali yang menyeponsori pembaharuan hokum islam adalah
Negara Turki”[49] Di Turki pembaharuan ini dimulai dengan
hal-hal yang bersifat untuk kepentingan milliter.
Sultan Mahmud II memuasatkan perhatiannya pada berbagai pembaruan
Internal. Perbaikan Internal ini dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan
bersenjata “Pembaruan di Turki Utsmani
ada dua periode, yaitu: 1) sebelum periode modern dan 2) periode modern”[50].“Faktor-faktor
penghambat pembaruan pada masa sebelum periode modern masih sangat dirasakan
pada masa pemerintahan Mahmud II.”[51]
Dalam kondisi yang seperti itu Mahmud II memprioritaskan pembaruan pada bidang
milliter, karena hal itu suatu kebuuhan yang sangat mendesak. Tapi disamping
itu, Mahmud II mengadakan pembaruan pada bidang lain, seperti pemerintahan,
pendidikan dan ekonomi.
Pembaruan di kerajaan Turki Utsmani abad ke-19 sama halnya dengan
pembaruan di Mesir. Pada pembaruan di Turki Utsmani di pelopori oleh Sultan
Mahmud II yang membawa langkah-langkah pembaharuannya dengan seklarisasi dan
westernisasi untuk mengulangi kemunduran bangsa turki. “Dalam langkah-langkah
pembaharuan yang dilakukan oleh sultan Mahmud banyak mendapatkan tantangan dari
ummat Islam. Akibatnya timbullah ide-ide pembaharuan yang sesuai dengan ajaran
Islam atau islamisme. Islamisme tidak berhasil dan bahkan menimbulkan ide
Nasionalisme”[52]
dan “menurut system pemerintahan dengan kekuasaan absolute oleh raja-raja Islam
perlu diganti dengan system pemerintahan khalifah empat, yaitu system
pemerintahan demokrasi, juga berjuang untuk memurnikan ajaran Islam dan kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya”[53].
Pembaruan dibidang milliter dilanjutkan dengan mendirikan Sekolah
Milliter pada tahun 1830, kemudian dilanjutkan dengan mendirikan Akademik
Milliter pada tahun 1840. Selanjutnya Sultan Mahmud mengadakan perbaikan
dibidang pendidikan didorong untuk memenuhi kebutuhan pendidikan untuk para
pejabat milliter, dokter milliter, pada tahun 1827 ia mendirikan sekolah
Kedokteran Tibhone I Amire dan sekolah tehnik Muhendisane dikota Istambul. “mengadakan
perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan
umum ke dalamnya sebagai halnya didunia islam lain waktu itu memang sulit.”[54]
Dan Selain mendirikan sekolah, sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa untuk
menimba ilmu ke Eropa yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh
dalam penyebaran ide-ide baru di kerajaan Utsmani.
Dalam lapangan nonmelliter, pemikiran dan usaha pembaharuan
dirintis antara lain oleh Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M), seorang Hongaria
yang ketika masih muda tertangkap dalam perang Utsmani-Hongaria, kemudian masuk
islam. Usaha-usaha pertama menghasilkan pembukaan usaha percetakan di istambul,
untuk mencetak buku-buku, al-qur’an, hadist, fiqih, ilmu kalam, tafsir. Dan
lain-lain ( pengetahuan pada saat kerajaan turki utsmani ).namun, usaha-usah
Ibrahim Mutafarrika mengalami hambata, diantaranya, kekurangan dana, kelompok
Jenisseri kurang menyetujui adanya pembaharuan dibidang ilmu pengetahuan,
kalangan ulama mencurigai bahwa ide-ide pembaruan yang datang itu dari Eropa,
adanya percetakan aka menghilangkan atau mengurangi penghasilan para
kaligrafer.
Pada abad pertengahan Dunia Barat telah Maju, ditandai
dengan beberapa kemajuan dan penemuan Teknologi modern. Perkemabangan IPTEK ini
disamping menimbulkan hal-hal yang positif ada pula negatifnya, sedangkan ummat
Islam dibelahan bagian Timur sedang bersimpuh dibawah penindasan dan juga
terlena dibawah sisa kemegahan kulturnya dimasa silam yang telah sirna, namun
dibelahan Barat (Asia Barat) kurang lebih 1300 telah berdiri pula kerajaan
Turki Utsmani, namun mereka kurang berbudaya, mereka hanya mengandalkan
kemajuan Millter, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun mereka ini
merupakan ancaman bangi eropa.
Bangsa turki
adalah bangsa yang pemberani dan disiplinnya sangat tinggi. Dan “Turki adalah
bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar islam, yakni Turki
Usmani.”[55]
Turki yang dipimpin oleh Ertughril yang selanjutnya menjelma menjadi Turki
Utsmani yang puncuk kemegahannya dari tahun 1520-1566 dibawah pemerintahan
sulaiman I, namun akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19 dan mendapatkan sebutan
Orang sakit (the sick men). Namun, meski pun Turki mendapatkan gelar The Sick
Men, tapi sebenarnya berkat ketentuan para pembaharuan dan para tokoh-tokoh
Negara itu dapatlah bangkit kembali dengan mengadakan beberapa fase
modernisasi.:
a.
Usaha
Rasyid Pasya (1839) yaitu sentralisasi pemerintahan dan moderenisasi angkatan
bersenjata.
b.
Usaha
dari Fuad, Namik, Ali Pasya dan Midat Pasya (1861-1876) terutama bidang
pendidikan, Bank Nasional, Hukum dan perundang-undangan.
c.
Usaha
Turki Muda (1896-1918) yang berusaha dan bertujuan:
-
Reoganisasi
Negara secara Moderen
-
Nasionalisme
Turki
-
Kesatuan
bangsa, Negara dan bahasa
d.
Usaha
Kamal Pasya:
-
Menetapkan
undag-undang dasar (1924) pelajaran membaca dan menulis latin, keharusan nama
keluarga, perkawinan, emansipasi wnita dan rencana industry besar-besaran
-
Perjanjian
nonagressi dengan Irak, iran dan Afghanistan dan lain-lain dalam perdamaian.
Turki Utsmani terdapat tiga aliran pembaruan, yaitu aliran barat,
aliran islam dan aliran Nasional. Menurut aliran barat Turki mundur karena
bodoh, menurut aliran islam, Turki mundur karena tidak menjalankan syariat
islam. Dan menurut aliran nasional Turki mundur karena keengganan umat islam
yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan. “Setelah perang dunia ke I,
Mustafa Kamal diangkat menjadi panglima milliter di Turki Selatan tuganya adalh
merebut Izmir dari tangan tentara sekutu. Mustafa Kamal berhasil memukul mundur
tentara sekutu dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan barat.”[56]
“Menjelang Turki Modernisasi, atau dapat disebut periode Modern,
kelahiran Republik Turki yang diproklamasikan oleh Mustafa kamal pada 29
Oktober 1923 merupakan metamorphosis dari imperium Utsmaniyah yang lain sama
sekali. Keputusan Mustafa Kamal untuk membentuk Turki sebagai Negara secular
modern didasarkan kepada kekecewaannya yang amat mendalam terhadap system
kekhalifahan sebelumnya. Dalam pandangan Mustafa Kamal, kekhalifahan Usmani
adalah struktur gila yang didasarkana atas sendi-sendi keagamaan yang rapuh.” [57]
Pada awalnya didirikannya Republik Turki, Mustafa Kamal berpenapat
bahwa pemerintahan nasional haruslah didasarkan beradasarkan kepada perinsip
pokok populisme (kerakyatan). Ini berarti kedaulatan dan semua kekuatan
administrasi harus langsung diberikan kepada rakyat, dalam kata arti lain,
timbulnya perinsip ini adalah hapusnya system kekhalifahan. Abdul Majid yang
sebagai khalifah terakhir pada waktu itu, berusaha untuk mempertahankan system
kekhalifahan, namun, usaha yang dilakukan olehnya hanya mendapatkan hasil,
system kekhalifahan tetap berlaku, tetapi hanya merupakan jabatan spiritual
saja tanpa memiliki kekuasaan politik. Meski pada akhirnya, kematian pada
system kekhalifahan terjadi bertepatan juga dengan keluarnya undang-undang yang
disetujui dengan dewan nasional agung turki, yang mana undang-undang ini
berisikan tentang penghapusan tentang kekhalifahan, menurunkan khalifah dan
menghapusnkan kementerian syari’ah dan wakaf dan menyatukan system pendidikan
dibawah kementerian pendidikan.
Adapun pembaruan-pembaruan yang dilakukannya adalah:
1.
Pemisahan
antara pemerintahan dengan agama. Ide ini diterima oleh MNA.
2.
Kedaulatan
Turki bukan ditangan sultan melainkan di tangan rakyat.
3.
Jabatan
khalifah dipertahankan, tapi hanya memiliki kewenangan spiritual.
4.
Khalifah
Wahid Al-Din melahirkan diri di bawah perlindungan inggris, karena tidak setuju
dengan keputusan MNA yang dipimpin Mustafa Kamal.
5.
Merubah
bentuk Negara dari bentuk khalifah menjadi republic.
6.
Khalifah
dianggap membangkang karena melakukan kegiatan-kegiatan politik.
7.
Turki
mendeklarasikan sebagi Negara sekuler dengan menghapus islam sebagi agama
Negara.
Reformasi berupa modernisasi upaya untuk mengubah wajah turki
secara total dengan menerapkan nilai-nilai modern yang progresif dan
meninggalkan segala hal yang dipandang kuku dan kolot. Dan tujuan terakhir yang
diajukan Mustafa Kamal dengan reformasi beberapa westernisasi itu adalah
membawa turki berbaris bersama-sama dengan peradaban barat, bahkan akan beusaha
mencuri satu langkah guna untuk mendahului peradaban barat.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang menjadi salah satu tumpuan
harapan para kaum muslim ketika itu,
Diantara Negara muslim, Turki Utsmani yang dapat mendirikan kerajaan yang
paling besar serta paling lama berkuasa dan kerajaan Turki
Utsmani dipimpin oleh para sultan. System pemerintahanya yaitu sebagai
khalifah. Kesadaran akan kelemahan dan kemunduran ummat Islam timbul pada diri
peminpin-pemimpin setelah adanya kontak langsung dengan Barat Pada abad
pertengahan memang masa yang paling bersejarah, bahkan kemunduran bagi bangsa
barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki
utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya
sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih
memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka
kemiliterannya adalah salah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh
seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka
menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol
kejayaan islam. Turki Utsmani
mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat
peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Karana pada waktu itu, banyak yang beranggapan, barang siapa yang mampu
memimpin Konstatinople adalah raja dunia.
Namun karena Penyimpangan orientasi
mereka dibuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka
meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang
telah mengugguli mereka, karena eropa banyak melakukan beberapa perubahan.
Kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang
dikuasai oleh turki utsmani, baru mulai tergerak ingin melakukan perubahan
dalam hidupnya menjadi yang lebih baik. Namun dalam
langkah-langkah pembaharuan Turki Utsmani terdapat tiga aliran pembaruan, yaitu
aliran barat, aliran islam dan aliran Nasional. Menurut aliran barat Turki
mundur karena bodoh, menurut aliran islam, Turki mundur karena tidak
menjalankan syariat islam. Dan menurut aliran nasional Turki mundur karena
keengganan umat islam yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan. Itu lah
pembaruan yang terjadi ketika periode pra modern, adapun ketika menjelang Turki
Modernisasi, atau dapat disebut periode Modern, kelahiran Republik Turki,
keluarlah anggapan bahwa pemerintahan nasional haruslah didasarkan beradasarkan
kepada perinsip pokok populisme (kerakyatan). Ini berarti kedaulatan dan semua
kekuatan administrasi harus langsung diberikan kepada rakyat, dalam kata arti
lain, timbulnya perinsip ini adalah hapusnya system kekhalifahan.
B.
SARAN
Saya sebagai penulis
sangat menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih banyak kekurangan, Jadi
untuk itu saya meminta kepada saudara saudari semuanya yang membaca makalah ini
untuk memberikan saran, kritikan, dan hal-hal lainnya yang bisa membangun untuk
menuju kepada yang lebih baik. Dan supaya ada kemanfaatan dari makalah
yang saya buat.
[1] . Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta:Amzah, 2013, hlm.193
[2] . .
Ibid, hlm.193
[3] .
Philip K. Hitti, History of the Arabs, Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta,
2006, hlm.905
[4] .
op.cit., hlm.194
[5] .
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,
2013, hlm.286
[6] .
Abdul Hamid dan Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, Bandung:Pustaka
Setia, 2010, hlm.263
[7] .
Istianah Abubakar, Sejarah Peradaban Islam untuk Perguruan Tinggi Islam dan
Umum, Malang:UIN-Malang Press, 2008, hlm.122
[8] .
Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura:Kerjaya Printing Industries Pte Ltd
Singapore,2005, hlm.553
[9] .
N. Abbas Wahid dan Suratno, Sejarah Kebudayaan Islam, Solo:PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, hlm. 67
[10] .
Hamka, op.cit. hlm.550
[11] .
Istianah Abubakar,op.cit. hlm.122-123
[12] .
Samsul Munir Amin,
Op.cit., hlm.195
[13] . Ibid
[14] .
Ibid,. hlm.196
[15] .
Ibid,.hlm.197
[16] .
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 2004, hlm.181
[17] .
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra,
2011, hlm.134
[18] .
Istianah Abubakar, Op.cit., hlm.124-127
[19] .
Ibid.,hlm.124
[20] .
Ajid Thohir, Op.cit,.hlm.185
[21] .
Abu Salamah dan Chaidir Anwar, Islam Jalan Mutlak, Jakarta: Pustaka
Jaya, 1986, hlm.317
[22]. Ibid,. hlm.319
[23] .
Abdul Hamid dan Yaya, Op.cit,. hlm.266
[24] .
Abbas Wahid dan Suratno, Op.cit,. hlm.69
[25].
Istianah Abubakar, Op.cit,. hlm.128
[26] .
Samsul Munir Amin, Op.cit,.,
hlm 200
[27] .
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang:PT. Karya Toha Putra,2009,
hlm.150-151
[28] .
Abbas Wahid dan Suratno, Op.cit,. hlm.69
[29] .
Samsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Fajar Interpratama
Mandiri, 2007, hlm.199
[30] .
Ajid Thohir, Op.cit,. hlm.188
[31] .
Samsul Munir Amin .Op.cit,.
hlm.202
[32] .
Ajid Thohir, Op.cit,. hlm.186
[33] .
Abbas Wahid dan Suratno, Op.cit,. hlm.69
[34] .
Ibid
[35] .
Ajid Thohir, Op.cit,. hlm.187
[36]. Samsul Munir Amin, Op.cit,.
hlm 204
[37] .
Ibid,. hlm.205
[38] .
Choirun Niswah, Sejarah Pendidikan Islam, Palembang: Noer Fikri Offset,
2014, hlm.135
[39]. Samsul Munir Amin, Op.cit,.
hlm.205
[40] .
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008,
hlm.250
[41] . Samsul Munir Amin, Op.cit,.
hlm.207
[42] .
Murodi, Op.cit,., hlm.156
[43] .
Istianah Abubakar, Op.cit,. hlm.130
[44] .
Fatah Syukur, Op.cit., hlm.152
[45] .
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.12
[46] .
Ibid
[47] .
Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta:PT Bulan Bintang, 2003, hlm.7
[48] .
Yusran Asmuni,Op.cit., hlm.2
[49] .
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGafindo
Persada, 2007, hlm.239
[50] .
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011, hlm.198
[51] .
Choirun Niswah, Op.cit,. hlm.137
[52] .
Yusran Asmuni, Op.cit,. hlm.9
[53] .
Ibid,. hlm.9-10
[54] .
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011,
hlm.119
[55] .
Ajid Thohir, Op.cit., hlm.218
[56] .
Dedi Supriyadi, Op.cit,. hlm265-266
[57]. Ajid Thohir,Op.cit,. hlm.229

Tidak ada komentar:
Posting Komentar