ULUMUL QURAN
Disusun
oleh
Nama :
MARGIANTI
Nim :
13270058
Dosen Pembimbing : Drs. Aquami
FAKULTAS
TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH IAIN RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN
2013/ 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami
haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan petunjuk, bimbingan dan
kekuatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat sebagai salah satu bahan belajar dalam mata kuliah Ulumul Qur’an yang insyallah berguna
dalam membantu proses belajar mahasiswa. Makalah ini membahas tentang Sejarah
Turun dan Penulisan Al-Qur’an.
Penyusun
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah yang baik, namun
penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya,
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa. Amin
Palembang,
Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
1.
Sejarah Turunnya Al- Qur’an dan Penulisannya......................................... 2
2.
Hikmah Diturunkan Al- Qur’an Secara Berangsur- Angsur....................... 4
3.
Penulisan Al- Qur’an........................................................................................ 5
A.
Pada Masa Nabi Muhammad SAW.......................................................... 5
B.
Penulisan Al- Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin........................... 6
C. Penyempurnaan
Pemeliharaan Al- Qur’an Setelah Masa Khalifah...... 9
BAB III
PENUTUP......................................................................................................... 11
Kesimpulan............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk memahamkan pada orang islam
tentang turunnya al-qur’an yang sebenarnya,karena pada zaman sekarang banyak
yang tidak mengetahui latar belakang turunnya al-qur’an dan penulisannya, untuk
itu kita harus tetap mensucikan al-qur’an dan semakin memeliharanya atas
kemurniannya isi-isi al-qur’an. Sehingga tidak terjadi pemalsuan dan pengcopyan
al-qur’an. Dengan cara mempelajari kembali tentang turunnya al-qur’an dn
penulisannya. Yang di harapkan semua umat islam mengerti mana al-qur’an yang
asli dan copyan. Karena pada masa khalifah terdapat banyaknya copyan-copyan
yang terjadi. Namun, setelah banyak nya copyan-copyan yang terjadi maka
diadakan penyempurnaan pemeliharaan setelah masa khalifah, yaitu utsman. Penulisan
al-qur’an mulai dilakukan pada masa abu bakar sampai pada pembukuan yang paling
sempurna iyalah masa utsman bin affan. Pada masa ali bin abi thalib mulailah
muncul ilmu nahwu untuk memperjelas tulisan dan cara membaca al-qur’an.sehingga
tidak timbul permasalahan dalam memahami maknanya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari al-qur’an dan nuzul qur’an?
2.
Apa hikmah-hikmah turunnya al-qur’an di muka bumi ini?
3.
Metode dalam penulisan dan penyempurnaannya al-qur’an?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
SEJARAH
TURUNNYA AL-QUR’AN DAN PENULISANNYA
Al-Qur’an
adalah kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril AS sebagai undang-undang hidup kaum muslimin. Kitab yang
mengatur segala bentuk kebutuhan manusia. Al-Qur’an yang berarti berkumpul dan
menghimpun. Kesucian Al-Qur’an semakin terpelihara karena selalu didukung oleh
tradsi hafalan para sahabat. Tradisi hafalan yang memang terkenal dimiliki
masyarakat Arab pada waktu itu member andil besar dalam pemeliharaan Al-Qur’an.
Secara teologis umat Islam percaya sepenuhnya bahwa tuhan sendiri akan menjaga
kalam-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr (15): 9)
Ayat
ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Al-Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur, tidak sekaligus sehingga dengan demikian
Al-Qur’an merupakan koreksi, akumulasi, dan penyampurnaan wahyu-wahyu Allah
sebelumnya. Turunnya Al-Qur’an disebut juga dengan Nuzul Qur’an.
A. Pengertian Nuzul Al-Qur’an
Terdapat
2 makna yang bisa dipakaikan kepada istilah Nuzul. Pertama, kata Nuzul
diasumsikan semakna dengan nazala yang mempunyai makna “turun” kata nuzul
muradif maknanya dengan kata nazala, anzala, artinya
“menurunkan”. Kedua pengertian tersebut diungkap Al-Qur’an sesuai dengan
realitas turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.(Depag RI,1993:859)
Secara Harfiah, Nuzul Al-Qur’an dapat dimaknai sebagai
peristiwa turunnya Al-Qur’an. Secara istilah Nuzul Al-Qur’an didefenisikan
dengan pemberitahuan Allah tentang turunnya Al-Qur’an dengan cara dan sarana
yang di kehendaki Allah sehingga hal itu dapat diketahui oleh malaikat di lauh
mahfuzd dan Nabi Muhammad SAW di dalam hatinya yang suci.(Muhammad
chirzin,1998:13)
Ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang turunnya
Al-Qur’an Yaitu :
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# È…..b$s%öàÿø9$#ur 4 ÇÊÑÎÈ
“(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)…….” (QS. Al-Baqarah (2): 185)
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan” (QS. Al-Qadr (97): 1)
Malam
kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu
malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya
Al Quran.
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ÍÉZãB ÇÌÈ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”
(QS. Ad-Dukhan (44): 3).
Malam
yang diberkahi ialah malam Al-Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia
umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Ketiga ayat di atas tidak
bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam Lailatul qadar dalam
bulan ramadhan.
Dalam
hal ini para ulama’ memiliki berbagai pendapat tentang cara atau
metode(kaifiyat) turun nya al-qur’an (subhi al-shali,1988:51; ash-shiddieqy,
1980:55-56)
Pertama,
al-qur’an di turunkan sekaligus ke langit dunia paa malam qadar, lengkap dari
awal hingga akhirnya dan al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada
nabi Muhammad SAW selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun. Perbedaan ini
terjadi waktu nabi tinggal di madinah dan setelah beliau di angkat menjadi
rosul.
Kedua,
al-qur’an di turunkan ke langit dunia dalam dua puluh kali lailatul qadar dalam
20 tahun atau 23 tahu kali lailatul qadar dalam 23 tahun lailatul qadar dalam
25 tahun.Pada tiap-tiap malam,kepada muhamad SAW secara berangsur-ansur.
Ketiga
al-qur’an pertama kali diturunkan pada lailatul qadar kemudian diturunkan
setelah dengan cara besinar-sinar dalam bebagai waktu.
Periode turunya al-qur’an periode
pertama al-qur’an diturunkan
(iqra)nabi
muhammad SAW belum diangkat menjadi rosul ,dengan wahyu pertama itu,beliau baru
menjadi nabi yang tidak ,di tugas untuk menyampaikan apa yang diterima,Baru lah
setelah wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang
diterimanya
Pada periode kedua, sejarah turunnya
al-qur’an , ayat ayat al-qur’an di pihak yang silih berganti turun yang
menerangkan tentang kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya yang sesuai
kondisi dakwa ketika itu. Dan ancaman-ancaman pedas yang terus mengalir pada
kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, turun juga ayat-ayat yang
mengandung argumentasi mengeni keesaan tuhan dan kepastin hari kiamat
berdasarkan tanda-tanda yang akan muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Periode tiga, dakwa al-qur’an dapat
mewujudkan prestasi besar karena penganut-penganutnya dapat hidup bebas
menyebarkan ajaran-ajaran agam di yastrib.
2.
Hikmah
Diturunkan Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur.
Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kitab suci ini
diturunkan secara berangsur-angsur atau bertahap kepada Nabi Muhammad SAW.
Hikmah
yang dapat dipetik diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap adalah sebagai
berikut ; (Syibah Muhammad Ismail, tth: 66-67; Muhammad Salim Mahisin, 1401: 12
25;al-Zarkasyi,1988, 1: 231-232).
Hikmah pertama, untuk menguatkan, menenguhkan, dan
menetapkan hati jiwa rasulullah SAW dengan cara berangsur-angsur agar lebih
mudah untuk di hapal, dipahami, dan mudah untuk disebarkan, diajarkan kepada
kaum muslimin yang masih dalam kondisi perbaikan aqidah.
Hikmah kedua, Membentuk
pola mendidik umat. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur
memudahkan kaum muslimin yang umumnya masih dalam kondisi buta huruf untuk
mempelajari, memahami dan menghapal Al- Qur’an.
Hikmah ketiga, bertepatan dengan peristiwa, kejadian dan
masalah dikalangan masyarakat waktu itu. Sehingga setiap kali ada masalah baru,
Al-Qur’an turun sebagai jawaban dari masalah itu. Hikmah keempat, Dalil Qot’i.
Memberikan isyarat kepada musuh-musah islam bahwa Al-Qur’an bukanlah perkataan
Nabi tetapi wahyu yang diturunkan dari Allah untuk Nabi. Pedoman hidup kaum
muslimin.
Hikmah kelima, bukti nyata bahwa
al-qur’an diturunkan dari sisi maha dijaksana dan maha terpuji dan al-qur’an
itu kalam allah yang terdiri dari 114 surat dan susunannya secara tauqifi, yang
terdapat persoalan induk silih berganti di terangkan. (M. Quraish
shihab,2004:34)
3.
Penulisan
Al-Qur’an
A. Pada Masa Nabi Muhammad SAW
1. Menghapal ( Hifzuhu ).
Al-Qur’an turun kepada nabi
Muhammad SAW, mulanya perhatian beliau tertuju sepenuhnya kepada penghapalan
Al-Qur’an. Kemudian beliau membacakannya kepada orang-orang, sedikit demi
sedikit agar mereka juga mampu menghapalkannya dengan baik. Pertimbangan yang
sangat mendesak adalah karena beliau seorang Nabi ummi yang diutus oleh
Allah SWT kepada masyarakat ummi pula. Firman Allah SWT.
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ft öNÍkön=tã ¾ÏmÏG»t#uä öNÍkÏj.tãur ãNßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
“Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (Q.S.Al-Jum’ah
[62]: 2).
2. Menuliskan ( Kitabatuhu).
Telah
dijelaskan bahwa pada saat itu kondisi
kaum muslimin dalam keadaan ummi, namun bukan berarti mereka sama
sekali tidak dapat membaca dan menulis. Diantara mereka khususnya kaum Quraisy,
telah belajar membaca dan menulis sebelum Nabi SAW, diutus menjadi Rasul. Yaitu
Zayd bin Sabit belajar menulis dari orang-orang Yahudi yang berada di Madinah
saat itu. Diantara para juru tulis wahyu Allah adalah Abu Bakar Shiddiq, Umar
bin Khathab, Usman bin Affan, Ali bin Thalib, Abban bin Sa’id , Khalid bin
Sa’id , Khalid bin Al-Walid, dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Metode yang
dilakukan dalam menulis wahyu yaitu bila ayat turun, Rasulullah memerintahkan
sahabat untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surat.
Penulisan Al-Qur’an pada lembaran-lembaran tersebut membantu
penghafal-penghafal di dalam hati. Disamping Rasulullah memerintahkan sahabat
terkemuka untuk menulis wahtu, ada juga sebagian sahabat menuliskan Al-Qur’an
dengan kemauan sendiri tanpa di perintah oleh Nabi Saw. Al-Qur’an ditulis oleh
para sahabat pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun
kayu, pelana, dan potongan tulang belulang bunatang. Para sahabat senantiasa
menyodorkan Al-Qur’an kepada Rasulullah baik berupa hafalan maupun tulisan.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Saw tidak terkumpul dalam satu mushaf yang
ada pada seseorang belum tentu dimiliki seseorang yang lain.
Rasulullah
wafat di saat Al-Qur’an telah dihafal dan tersimpan di dalam lembaran-lembaran
dengan susunan ayat dan surah namun masih terpisah-pisah.
B.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin
Penulisan pada masa
khalifah Abu Bakar Shiddiq
Setelah wafatnya Nabi Saw, Abu
Bakar Shiddiq mendapat amanah sebagai penerus dalam menyampaikan syiar Allah,
serta member petunjuk pada manusia untuk beriman kepada Allah dengan jalan yang
lurus. Pada masa ini Abu Bakar menyegerakan untuk penulisan Al-Qur’an dan
menggabungkannya dalam satu tempat. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin
Tsabit untuk mengumpulkannya, lembaran-lembaran tersebut disimpan pada Abu
Bakar hingga ia wafat, kemudian diserahkan pada Umar sampai ia wafat dan
kemudian disimpan di rumah Hafsah binti Umar.
Penulisan pada masa Umar bin Khattab
Sepeninggal Abu
Bakar kekhalifahan dipegang oleh Umar bin Khattab. Pada masa Umar tidak
disibukkan dalam penulisan hanya membahas seputar pengembangan Islam diwilayah
kekuasaan Islam. Mushaf pada masa ini berada pada Umar dalam pegangan dan
penjagaan. Sebagaimana telah dikatakan setelah khalifah Abu Bakar wafat mushaf
di serahkan kepada Umar hingga ia wafat. Maka dapat dikatakan pada masa Umar
ini penulisan Al-Qur’an tidak dilanjutkan akan tetapi lebih pada pengamalan
Al-Qur’an itu sendiri.
Penulisan pada masa Usman bin Affan
Pada masa
pemerintahan Usman wilayah kekuasaan islam semakin meluas dan kaum muslimin
berpencar di berbagai daerah. Masing-masing daerah Islam mempelajari Qira’at
dari Qari’ yang dikirim ke daerah mereka. cara-cara pembacaan Al-Qur’an berbeda
sejalan dengan perbedaan wajah-wajah qira’at, yang memungkinkan
terbukanya pintu perpecahan, mirip dengan perpecahan yang terjadi di kalangan
sahabat sewaktu mereka belum mengetahui bahwa Al-Qur’an turun terdiri atas
tujuh huruf.
Perbedaan yang
terjadi pada gilirannya akan menimbulkan saling pertentangan bila terus
tersebar , bahkan akan menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Puncaknya,
ketika terjadi perang Armenia dan Azarbajian dengan penduduk Irak, diantara
orang yang ikut penyerbuan itu adalah Hudzaifah bin Yaman. Ia banyak melihat
perbedaan dalam membaca Al-Qur’an. Hudzaifah mengusulkan segera mempersatukan
umat sebelum berselisih mengenai kitab Allah. Utsman bin Affan membentuk yang satu tim yang terdiri dari Zaid
bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash dan Abdurrahman bin Harits bin
Hisyam untuk menulis ulang Al-Qur’an. Ketiga orang terakhir ini adalah suku
Quraisy. Utsman berpesan kepada ketiga orang Quraisy diantara mereka: “Kalau
terjadi perbedaan diantara kalian dan Zaid bin Tsabit mengenai sesuatu tentang
Al-Qur’an maka tulislah dengan Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dalam
bahasa mereka. “
Panitia
yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dapat menyelesaikan tugasnya pada tahun 30
H, yaitu dengan menyelesaikan menurut pendapat jumhur lima buah mushaf. Satu
diantaranya disimpan di Madinah yang kemudian dikenal dengan mushaf Imam dan
lainnya dikirim ke Syam, Irak, Mesir dan Basrah. Langkah dan tindakan
selanjutnya diambil oleh Utsman, seperti dituturkan oleh Ibnu Jarir Al-Thabari,
adalah membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf Imam. Tindakan yang
sama juga diperintahkan kepada siapa saja yang memiliki mushaf berbeda dengan mushaf
Imam (zulheldi,2003:59)
Keistimewaan-keistimewaan
mushaf Imam adalah :
1. Hanya memuat yang mutawatir,
bukan yang ahad.
2. Mengabaikan yang telah di-nasakh bacaannya
dan yang telah tidak ada pada pemaparan bacaan yang terakhir.
3. Urutan ayat dan surah sudah tersusun
dengan baik.
4. Penulisannya menggunakan cara-cara yang
dapat mencakup wajah-wajah qira’at yang dapat beragam, juga huruf-huruf yang
terdiri atasnya Al-Qur’an
diturunkan.(al-zarqani,2002:276)
Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan pada
masa rasulullah sampai pada masa Utsman, di mana Al-Qur’an ditulis tidak
memakai tanda huruf dan tanda baca, telah menimbulkan masalah tersendiri dimasa
Ali bin Abi Thalib. Hal ini karena daerah Islam semakin meluas dan banyak
bangsa-bangsa non Arab yang memeluk Islam. Para mualaf tersebut sebagian besar
tidak dapat membaca Al-Qur’an dengan benar tanpa bantuan titik dan harakat.
Perbaikkan penulisan Al-Qur’an tidak terjadi sekaligus, tetapi secara
berangsur-angsur dari generasi ke generasi hingga mencapai puncaknya pada akhir
abad ke 3 Hijriah.
Usaha Ali bin Abi Thalib inilah yang
dianggap sebagai permulaan munculnya “ilmu I’rab Al-Qur’an “ ( ilmu yang membahas tentang I’rab al-Qur’an
). Hal itu dilakukan dengan memberikan tanda baca, seperti titik, syakal,
(baris/harakat) pada al-Qur’an. Atas perintah dan arahan khalifah Ali bin Abi
Thalib, tugas ini dilakukan dengan baik oleh Abu Aswad al-Duali bersama dua
orang temannya,Yahya bin Ya’mar dan Nashr bin Ashim al-Laitsi.
Abu Aswad al-Duali lebih dikenal dari
lainnya, karena dialah orang yang pertama kali meletakkan kaidah tata bahasa
Arab atas perintah Ali bin Abi Thalib. Abu Aswad al-Duali dalam tugasnya berhasil
membuat tanda fathah berupa titik di atas huruf , kasrah berupa
titik di bawah huruf, dhamma berupa titik di antara bagian yang
memisahkan huruf dan sukun berupa dua titik.(al-zarqani,1988:408) Yahya bin
Y’mar menyempurnakan mushaf dengan huruf-huruf bertitik dengan syakal sebagai
tanda bunyi suara. Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi meletakkan dasar tanda-tanda
bacaan al-Qur’an yang merupakan kelanjutan dari pekerjaan dua orang gurunya
tersebut. (subhi al-shalih,1993:103)
C.
Penyempurnaan Pemeliharaan Al-qur’an setelah masa Khalifah
Sebagian besar manuskrip Al-Qur’an
dari permulaan Islam, baik bentuk lengkap maupun sebagian. Tidak diketahui
berapa banyak copyan Al-Qur’an yang dibuat di masa pemerintahan usman padahal
manuskrip tersebut telah digandakan. Al-Kindi menyatakan bahwa tiga dari empat
salinan naskah Usman telah rusak dalam kebakaran atau peperangan, sedangkan
copyan yang dikirimkan ke damaskus masih tersimpan pada masa Al-Kindi masih
hidup.
Ibnu batutah (779/1377) mengatakan:
ia pernah melihat copyan atau lembran yang dibuat usman di Granada. Basrah, dan
di kota-kota lainnya. Ibnu katsir (w.774/1372) menyatakan pernah melihat copyan
al-qur’an yang di buat pada zaman utsman,pada tahun 518 H di pindah kan dari
tiberia (palestina) ke damaskus al-qur’an tersebut di tulis dengan indah dan
lebarannya bersal dari kulit unta (Ahmad von denffer1988:63) namun pendapat
lain mengatakan bahwa copyan tersebut di bawah ke leningrad dan akhirya ke
inggris. Dan sebagaian pendapat laen bahwa mushaf tersebut masih tetap ada di
masjid damaskus, sebelum terjadi kebakaran(zulheldi,2013:62).
Ibnu jubair pernah melihat sebuah
manuskrip kuno di masjid madinah tahun 580/1184. Sampai turkey mengambilnya
pada tahun 1334/1915 di Istanbul selama terjadi perang dunia ke 1 di bawah ke
berlin jerman informasi terakhir menyebutkan bahwa manuskrip di kembalikan lagi
ke Istanbul.
Manuskrip mushaf iman yang dismpan
oleh ustman bin affan, setelah terbunuh di bawah ke handalusia kemudian ke fez (maroko),
munuskrip di beri nama manuskrip Samarkand di perkirakan merupakan salah satu
salinan manuskrip utsman tersimpan ditaskent asia tengah.
Sejak abad ke 16 ketika mesin
cetak mulai di pergunakan pertama kali di eropa,maka pola penulisan dan
percetakan al-qur’an semakin di bakukan.al-qur’an pertama kali cetak hamburg
(Jerman) pada tahun 1946 dengan mesin cetak yang dapat puindah-pindah.naskah
ini sepenuhnya dilengkapi tanda baca.naskah al-qur’an yang di cetak oleh orang
islam pertama kali disebut edisi mulay usman tahun 1787 diterbitkan ST.
Petsburg (Russia) kemudian di ikuti yang lain seperti dari kazan (1828)Persia
(1833)istambul (1877). (Ahmad von denffer,1988:68). Pada tahun 1858 seseorang
orientalis jerman, menerbitkan al-qur’an yang di lengkapi dengan pendoman(concordance)
yang sangat bermanfaat, di cetak dalam bahasa arab, namun edisi fluegel ini
mempunyai cacat yang amat mendasar, yaitu system penomoran ayat-ayat al-qur’an
yang tidak bisa di gunakan didunia muslim, al-qur’an terkini yang banyak
dipergunakan didunia muslim dan telah berkembang menjadi versi standar yaitu
edisi mesir atau edisi raja fu’ad. Karena, beliaulah yang memperkenalkan
dimesir, dan edisi penulisannya berdasarkan imam nafas, pertama kali di cetak
di kairo tahun 1925M/1344H.
Al-qur’an juga dicetak secara
moderen oleh pengikut said nursi dari turkey,yang di sebut sebagai kombinasi
antara keindahan tulisan tangan dengan teknik cetak offset yang canggih. Naskah
tersebut di tulis oleh seorang ahli kaligrafi di turkey, hamid al-amidi, di Istanbul
pada tahun 1947.Al-Qur’an yang sampai sekarang ini merupakan Mushaf Usmani yang
mana usaha pembukuan Al-Quran ini dimulai dan disempurnakan pada masa Usman bin
Affan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-qur’an di
turunkan pada tanggal 17 ramadhan dan diturunkan secara bertahap, ayat yang
pertama kali diturunkan kepada nabi muhammad saw yaitu surat al-‘alaq ayat 1-5.
Dan yang terakhir kali diturunkan ialah surat al-maidah ayat 3.
A-l-Quran
merupakan kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat djibril.
Penulisan
Al-Qur’an mulai di berlakukan pada masa Abu Bakar dan pembukuan yang paling
sempurna ialah pada masa Usman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib mulai
muncul ilmu Nahwu. Mushaf Al-Qur’an yang kita kenal sekarang adalah mushaf utsmani.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qadir,
Muhammad Thahir, 1953. Tarikh Al-Qur’an. Jakarta: Musthafa Al-Baabi
Ash-Shiddieqy,
M. Hasbi, 1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta:
Bulan Bintang
Astuti,
Mardiah, 2012. Pengantar Ulumul Qur’an, Palembang: Tunas Gemilang Press
Halimatussa’diyah,
2006. Ulumul Qur’an. Palembang: ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar