Minggu, 13 Desember 2015

Makalah Ulumul Qur'an



ULUMUL QURAN



Disusun oleh 

Nama              : MARGIANTI
Nim                 : 13270058

Dosen Pembimbing   : Drs. Aquami



FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2013/ 2014


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan petunjuk, bimbingan dan kekuatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai salah satu bahan belajar dalam mata kuliah Ulumul Qur’an yang insyallah berguna dalam membantu proses belajar mahasiswa. Makalah ini membahas tentang Sejarah Turun dan Penulisan Al-Qur’an.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah yang baik, namun penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa. Amin

                                                                        Palembang,    Oktober 2013

                                                                        Penyusun












DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................   i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................   ii
BAB I   PENDAHULUAN...............................................................................................   1
A.      Latar Belakang Masalah..................................................................................   1
B.       Rumusan Masalah............................................................................................   1
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................................   2
1.      Sejarah Turunnya Al- Qur’an dan Penulisannya.........................................   2
2.      Hikmah Diturunkan Al- Qur’an Secara Berangsur- Angsur.......................   4
3.      Penulisan Al- Qur’an........................................................................................   5
A.    Pada Masa Nabi Muhammad SAW..........................................................   5
B.     Penulisan Al- Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin...........................   6
C.    Penyempurnaan Pemeliharaan Al- Qur’an Setelah Masa Khalifah......   9
BAB III  PENUTUP.........................................................................................................   11
            Kesimpulan............................................................................................................   11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................   12

BAB  I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang  Masalah
Untuk memahamkan pada orang islam tentang turunnya al-qur’an yang sebenarnya,karena pada zaman sekarang banyak yang tidak mengetahui latar belakang turunnya al-qur’an dan penulisannya, untuk itu kita harus tetap mensucikan al-qur’an dan semakin memeliharanya atas kemurniannya isi-isi al-qur’an. Sehingga tidak terjadi pemalsuan dan pengcopyan al-qur’an. Dengan cara mempelajari kembali tentang turunnya al-qur’an dn penulisannya. Yang di harapkan semua umat islam mengerti mana al-qur’an yang asli dan copyan. Karena pada masa khalifah terdapat banyaknya copyan-copyan yang terjadi. Namun, setelah banyak nya copyan-copyan yang terjadi maka diadakan penyempurnaan pemeliharaan setelah masa khalifah, yaitu utsman. Penulisan al-qur’an mulai dilakukan pada masa abu bakar sampai pada pembukuan yang paling sempurna iyalah masa utsman bin affan. Pada masa ali bin abi thalib mulailah muncul ilmu nahwu untuk memperjelas tulisan dan cara membaca al-qur’an.sehingga tidak timbul permasalahan dalam memahami maknanya.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari al-qur’an dan nuzul qur’an?
2.         Apa hikmah-hikmah turunnya al-qur’an di muka bumi ini?
3.         Metode dalam penulisan dan penyempurnaannya al-qur’an?











BAB II
PEMBAHASAN

1.        SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN DAN PENULISANNYA

            Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril AS sebagai undang-undang hidup kaum muslimin. Kitab yang mengatur segala bentuk kebutuhan manusia. Al-Qur’an yang berarti berkumpul dan menghimpun. Kesucian Al-Qur’an semakin terpelihara karena selalu didukung oleh tradsi hafalan para sahabat. Tradisi hafalan yang memang terkenal dimiliki masyarakat Arab pada waktu itu member andil besar dalam pemeliharaan Al-Qur’an. Secara teologis umat Islam percaya sepenuhnya bahwa tuhan sendiri akan menjaga kalam-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr (15): 9)

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, tidak sekaligus sehingga dengan demikian Al-Qur’an merupakan koreksi, akumulasi, dan penyampurnaan wahyu-wahyu Allah sebelumnya. Turunnya Al-Qur’an disebut juga dengan Nuzul Qur’an.
A.    Pengertian Nuzul Al-Qur’an
Terdapat 2 makna yang bisa dipakaikan kepada istilah Nuzul. Pertama, kata Nuzul diasumsikan semakna dengan nazala  yang mempunyai makna “turun” kata nuzul muradif maknanya dengan kata nazala, anzala, artinya “menurunkan”. Kedua pengertian tersebut diungkap Al-Qur’an sesuai dengan realitas turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.(Depag RI,1993:859)
Secara Harfiah, Nuzul Al-Qur’an dapat dimaknai sebagai peristiwa turunnya Al-Qur’an. Secara istilah Nuzul Al-Qur’an didefenisikan dengan pemberitahuan Allah tentang turunnya Al-Qur’an dengan cara dan sarana yang di kehendaki Allah sehingga hal itu dapat diketahui oleh malaikat di lauh mahfuzd dan Nabi Muhammad SAW di dalam hatinya yang suci.(Muhammad chirzin,1998:13)
Ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang turunnya Al-Qur’an Yaitu :
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# È…..b$s%öàÿø9$#ur 4 ÇÊÑÎÈ  
 (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…….” (QS. Al-Baqarah (2): 185)

!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ  
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (QS. Al-Qadr (97): 1)

Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ƒÍÉZãB ÇÌÈ  
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhan (44): 3).

Malam yang diberkahi ialah malam Al-Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
            Ketiga ayat di atas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam Lailatul qadar dalam bulan ramadhan.
Dalam hal ini para ulama’ memiliki berbagai pendapat tentang cara atau metode(kaifiyat) turun nya al-qur’an (subhi al-shali,1988:51; ash-shiddieqy, 1980:55-56)
Pertama, al-qur’an di turunkan sekaligus ke langit dunia paa malam qadar, lengkap dari awal hingga akhirnya dan al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad SAW selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun. Perbedaan ini terjadi waktu nabi tinggal di madinah dan setelah beliau di angkat menjadi rosul.
Kedua, al-qur’an di turunkan ke langit dunia dalam dua puluh kali lailatul qadar dalam 20 tahun atau 23 tahu kali lailatul qadar dalam 23 tahun lailatul qadar dalam 25 tahun.Pada tiap-tiap malam,kepada muhamad SAW secara berangsur-ansur.
Ketiga al-qur’an pertama kali diturunkan pada lailatul qadar kemudian diturunkan setelah dengan cara besinar-sinar dalam bebagai waktu.
            Periode turunya al-qur’an periode pertama al-qur’an diturunkan
(iqra)nabi muhammad SAW belum diangkat menjadi rosul ,dengan wahyu pertama itu,beliau baru menjadi nabi yang tidak ,di tugas untuk menyampaikan apa yang diterima,Baru lah setelah wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya
            Pada periode kedua, sejarah turunnya al-qur’an , ayat ayat al-qur’an di pihak yang silih berganti turun yang menerangkan tentang kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya yang sesuai kondisi dakwa ketika itu. Dan ancaman-ancaman pedas yang terus mengalir pada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi mengeni keesaan tuhan dan kepastin hari kiamat berdasarkan tanda-tanda yang akan muncul dalam kehidupan sehari-hari.
            Periode tiga, dakwa al-qur’an dapat mewujudkan prestasi besar karena penganut-penganutnya dapat hidup bebas menyebarkan ajaran-ajaran agam di yastrib.

2.        Hikmah Diturunkan Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur.
Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kitab suci ini diturunkan secara berangsur-angsur atau bertahap kepada Nabi Muhammad SAW.
Hikmah yang dapat dipetik diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap adalah sebagai berikut ; (Syibah Muhammad Ismail, tth: 66-67; Muhammad Salim Mahisin, 1401: 12 25;al-Zarkasyi,1988, 1: 231-232).
Hikmah pertama, untuk menguatkan, menenguhkan, dan menetapkan hati jiwa rasulullah SAW dengan cara berangsur-angsur agar lebih mudah untuk di hapal, dipahami, dan mudah untuk disebarkan, diajarkan kepada kaum muslimin yang masih dalam kondisi perbaikan aqidah.
Hikmah kedua, Membentuk  pola mendidik umat. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur memudahkan kaum muslimin yang umumnya masih dalam kondisi buta huruf untuk mempelajari, memahami dan menghapal Al- Qur’an.
Hikmah ketiga, bertepatan dengan peristiwa, kejadian dan masalah dikalangan masyarakat waktu itu. Sehingga setiap kali ada masalah baru, Al-Qur’an turun sebagai jawaban dari masalah itu. Hikmah keempat, Dalil Qot’i. Memberikan isyarat kepada musuh-musah islam bahwa Al-Qur’an bukanlah perkataan Nabi tetapi wahyu yang diturunkan dari Allah untuk Nabi. Pedoman hidup kaum muslimin.
            Hikmah kelima, bukti nyata bahwa al-qur’an diturunkan dari sisi maha dijaksana dan maha terpuji dan al-qur’an itu kalam allah yang terdiri dari 114 surat dan susunannya secara tauqifi, yang terdapat persoalan induk silih berganti di terangkan. (M. Quraish shihab,2004:34)

3.        Penulisan Al-Qur’an
A.    Pada Masa Nabi Muhammad SAW
1.    Menghapal ( Hifzuhu ).
Al-Qur’an turun kepada nabi Muhammad SAW, mulanya perhatian beliau tertuju sepenuhnya kepada penghapalan Al-Qur’an. Kemudian beliau membacakannya kepada orang-orang, sedikit demi sedikit agar mereka juga mampu menghapalkannya dengan baik. Pertimbangan yang sangat mendesak adalah karena beliau seorang Nabi ummi yang diutus oleh Allah SWT kepada masyarakat ummi pula. Firman Allah SWT.
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ  
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (Q.S.Al-Jum’ah [62]: 2).

2.    Menuliskan ( Kitabatuhu).
Telah dijelaskan bahwa pada saat itu kondisi  kaum muslimin dalam keadaan ummi, namun bukan berarti mereka sama sekali tidak dapat membaca dan menulis. Diantara mereka khususnya kaum Quraisy, telah belajar membaca dan menulis sebelum Nabi SAW, diutus menjadi Rasul. Yaitu Zayd bin Sabit belajar menulis dari orang-orang Yahudi yang berada di Madinah saat itu. Diantara para juru tulis wahyu Allah adalah Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, Ali bin Thalib, Abban bin Sa’id , Khalid bin Sa’id , Khalid bin Al-Walid, dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Metode yang dilakukan dalam menulis wahyu yaitu bila ayat turun, Rasulullah memerintahkan sahabat untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surat. Penulisan Al-Qur’an pada lembaran-lembaran tersebut membantu penghafal-penghafal di dalam hati. Disamping Rasulullah memerintahkan sahabat terkemuka untuk menulis wahtu, ada juga sebagian sahabat menuliskan Al-Qur’an dengan kemauan sendiri tanpa di perintah oleh Nabi Saw. Al-Qur’an ditulis oleh para sahabat pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, dan potongan tulang belulang bunatang. Para sahabat senantiasa menyodorkan Al-Qur’an kepada Rasulullah baik berupa hafalan maupun tulisan. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Saw tidak terkumpul dalam satu mushaf yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki seseorang yang lain.
Rasulullah wafat di saat Al-Qur’an telah dihafal dan tersimpan di dalam lembaran-lembaran dengan susunan ayat dan surah namun masih terpisah-pisah.

B.     Penulisan Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin
Penulisan pada masa khalifah Abu Bakar Shiddiq
Setelah wafatnya Nabi Saw, Abu Bakar Shiddiq mendapat amanah sebagai penerus dalam menyampaikan syiar Allah, serta member petunjuk pada manusia untuk beriman kepada Allah dengan jalan yang lurus. Pada masa ini Abu Bakar menyegerakan untuk penulisan Al-Qur’an dan menggabungkannya dalam satu tempat. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya, lembaran-lembaran tersebut disimpan pada Abu Bakar hingga ia wafat, kemudian diserahkan pada Umar sampai ia wafat dan kemudian disimpan di rumah Hafsah binti Umar.
Penulisan pada masa Umar bin Khattab
       Sepeninggal Abu Bakar kekhalifahan dipegang oleh Umar bin Khattab. Pada masa Umar tidak disibukkan dalam penulisan hanya membahas seputar pengembangan Islam diwilayah kekuasaan Islam. Mushaf pada masa ini berada pada Umar dalam pegangan dan penjagaan. Sebagaimana telah dikatakan setelah khalifah Abu Bakar wafat mushaf di serahkan kepada Umar hingga ia wafat. Maka dapat dikatakan pada masa Umar ini penulisan Al-Qur’an tidak dilanjutkan akan tetapi lebih pada pengamalan Al-Qur’an itu sendiri.

Penulisan pada masa Usman bin Affan
       Pada masa pemerintahan Usman wilayah kekuasaan islam semakin meluas dan kaum muslimin berpencar di berbagai daerah. Masing-masing daerah Islam mempelajari Qira’at dari Qari’ yang dikirim ke daerah mereka. cara-cara pembacaan Al-Qur’an berbeda sejalan dengan perbedaan wajah-wajah qira’at, yang memungkinkan terbukanya pintu perpecahan, mirip dengan perpecahan yang terjadi di kalangan sahabat sewaktu mereka belum mengetahui bahwa Al-Qur’an turun terdiri atas tujuh huruf.
       Perbedaan yang terjadi pada gilirannya akan menimbulkan saling pertentangan bila terus tersebar , bahkan akan menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Puncaknya, ketika terjadi perang Armenia dan Azarbajian dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut penyerbuan itu adalah Hudzaifah bin Yaman. Ia banyak melihat perbedaan dalam membaca Al-Qur’an. Hudzaifah mengusulkan segera mempersatukan umat sebelum berselisih mengenai kitab Allah. Utsman bin Affan  membentuk yang satu tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menulis ulang Al-Qur’an. Ketiga orang terakhir ini adalah suku Quraisy. Utsman berpesan kepada ketiga orang Quraisy diantara mereka: “Kalau terjadi perbedaan diantara kalian dan Zaid bin Tsabit mengenai sesuatu tentang Al-Qur’an maka tulislah dengan Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka. “
       Panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dapat menyelesaikan tugasnya pada tahun 30 H, yaitu dengan menyelesaikan menurut pendapat jumhur lima buah mushaf. Satu diantaranya disimpan di Madinah yang kemudian dikenal dengan mushaf Imam dan lainnya dikirim ke Syam, Irak, Mesir dan Basrah. Langkah dan tindakan selanjutnya diambil oleh Utsman, seperti dituturkan oleh Ibnu Jarir Al-Thabari, adalah membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf Imam. Tindakan yang sama juga diperintahkan kepada siapa saja yang memiliki mushaf berbeda dengan mushaf Imam (zulheldi,2003:59)
       Keistimewaan-keistimewaan mushaf Imam adalah :
1.      Hanya memuat yang mutawatir, bukan yang ahad.
2.      Mengabaikan yang telah di-nasakh bacaannya dan yang telah tidak ada pada pemaparan bacaan yang terakhir.
3.      Urutan ayat dan surah sudah tersusun dengan baik.
4.      Penulisannya menggunakan cara-cara yang dapat mencakup wajah-wajah qira’at yang dapat beragam, juga huruf-huruf yang terdiri  atasnya Al-Qur’an diturunkan.(al-zarqani,2002:276)
            Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan pada masa rasulullah sampai pada masa Utsman, di mana Al-Qur’an ditulis tidak memakai tanda huruf dan tanda baca, telah menimbulkan masalah tersendiri dimasa Ali bin Abi Thalib. Hal ini karena daerah Islam semakin meluas dan banyak bangsa-bangsa non Arab yang memeluk Islam. Para mualaf tersebut sebagian besar tidak dapat membaca Al-Qur’an dengan benar tanpa bantuan titik dan harakat. Perbaikkan penulisan Al-Qur’an tidak terjadi sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur dari generasi ke generasi hingga mencapai puncaknya pada akhir abad ke 3 Hijriah.
            Usaha Ali bin Abi Thalib inilah yang dianggap sebagai permulaan munculnya “ilmu I’rab Al-Qur’an “ (  ilmu yang membahas tentang I’rab al-Qur’an ). Hal itu dilakukan dengan memberikan tanda baca, seperti titik, syakal, (baris/harakat) pada al-Qur’an. Atas perintah dan arahan khalifah Ali bin Abi Thalib, tugas ini dilakukan dengan baik oleh Abu Aswad al-Duali bersama dua orang temannya,Yahya bin Ya’mar dan Nashr bin Ashim al-Laitsi.
            Abu Aswad al-Duali lebih dikenal dari lainnya, karena dialah orang yang pertama kali meletakkan kaidah tata bahasa Arab atas perintah Ali bin Abi Thalib.  Abu Aswad al-Duali dalam tugasnya berhasil membuat tanda fathah berupa titik di atas huruf , kasrah berupa titik di bawah huruf, dhamma berupa titik di antara bagian yang memisahkan huruf dan sukun berupa dua titik.(al-zarqani,1988:408) Yahya bin Y’mar menyempurnakan mushaf dengan huruf-huruf bertitik dengan syakal sebagai tanda bunyi suara. Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi meletakkan dasar tanda-tanda bacaan al-Qur’an yang merupakan kelanjutan dari pekerjaan dua orang gurunya tersebut. (subhi al-shalih,1993:103)

C.    Penyempurnaan Pemeliharaan Al-qur’an setelah masa Khalifah
Sebagian besar manuskrip Al-Qur’an dari permulaan Islam, baik bentuk lengkap maupun sebagian. Tidak diketahui berapa banyak copyan Al-Qur’an yang dibuat di masa pemerintahan usman padahal manuskrip tersebut telah digandakan. Al-Kindi menyatakan bahwa tiga dari empat salinan naskah Usman telah rusak dalam kebakaran atau peperangan, sedangkan copyan yang dikirimkan ke damaskus masih tersimpan pada masa Al-Kindi masih hidup.
Ibnu batutah (779/1377) mengatakan: ia pernah melihat copyan atau lembran yang dibuat usman di Granada. Basrah, dan di kota-kota lainnya. Ibnu katsir (w.774/1372) menyatakan pernah melihat copyan al-qur’an yang di buat pada zaman utsman,pada tahun 518 H di pindah kan dari tiberia (palestina) ke damaskus al-qur’an tersebut di tulis dengan indah dan lebarannya bersal dari kulit unta (Ahmad von denffer1988:63) namun pendapat lain mengatakan bahwa copyan tersebut di bawah ke leningrad dan akhirya ke inggris. Dan sebagaian pendapat laen bahwa mushaf tersebut masih tetap ada di masjid damaskus, sebelum terjadi kebakaran(zulheldi,2013:62).
Ibnu jubair pernah melihat sebuah manuskrip kuno di masjid madinah tahun 580/1184. Sampai turkey mengambilnya pada tahun 1334/1915 di Istanbul selama terjadi perang dunia ke 1 di bawah ke berlin jerman informasi terakhir menyebutkan bahwa manuskrip di kembalikan lagi ke Istanbul.
Manuskrip mushaf iman yang dismpan oleh ustman bin affan, setelah terbunuh di bawah ke handalusia kemudian ke fez (maroko), munuskrip di beri nama manuskrip Samarkand di perkirakan merupakan salah satu salinan manuskrip utsman tersimpan ditaskent asia tengah.
Sejak abad ke 16 ketika mesin cetak mulai di pergunakan pertama kali di eropa,maka pola penulisan dan percetakan al-qur’an semakin di bakukan.al-qur’an pertama kali cetak hamburg (Jerman) pada tahun 1946 dengan mesin cetak yang dapat puindah-pindah.naskah ini sepenuhnya dilengkapi tanda baca.naskah al-qur’an yang di cetak oleh orang islam pertama kali disebut edisi mulay usman tahun 1787 diterbitkan ST. Petsburg (Russia) kemudian di ikuti yang lain seperti dari kazan (1828)Persia (1833)istambul (1877). (Ahmad von denffer,1988:68). Pada tahun 1858 seseorang orientalis jerman, menerbitkan al-qur’an yang di lengkapi dengan pendoman(concordance) yang sangat bermanfaat, di cetak dalam bahasa arab, namun edisi fluegel ini mempunyai cacat yang amat mendasar, yaitu system penomoran ayat-ayat al-qur’an yang tidak bisa di gunakan didunia muslim, al-qur’an terkini yang banyak dipergunakan didunia muslim dan telah berkembang menjadi versi standar yaitu edisi mesir atau edisi raja fu’ad. Karena, beliaulah yang memperkenalkan dimesir, dan edisi penulisannya berdasarkan imam nafas, pertama kali di cetak di kairo tahun 1925M/1344H.
Al-qur’an juga dicetak secara moderen oleh pengikut said nursi dari turkey,yang di sebut sebagai kombinasi antara keindahan tulisan tangan dengan teknik cetak offset yang canggih. Naskah tersebut di tulis oleh seorang ahli kaligrafi di turkey, hamid al-amidi, di Istanbul pada tahun 1947.Al-Qur’an yang sampai sekarang ini merupakan Mushaf Usmani yang mana usaha pembukuan Al-Quran ini dimulai dan disempurnakan pada masa Usman bin Affan.









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Al-qur’an di turunkan pada tanggal 17 ramadhan dan diturunkan secara bertahap, ayat yang pertama kali diturunkan kepada nabi muhammad saw yaitu surat al-‘alaq ayat 1-5. Dan yang terakhir kali diturunkan ialah surat al-maidah ayat 3.
A-l-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat djibril.
Penulisan Al-Qur’an mulai di berlakukan pada masa Abu Bakar dan pembukuan yang paling sempurna ialah pada masa Usman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib mulai muncul ilmu Nahwu. Mushaf Al-Qur’an yang kita kenal sekarang adalah mushaf utsmani.
 
DAFTAR PUSTAKA


Al-Qadir, Muhammad Thahir, 1953. Tarikh Al-Qur’an. Jakarta: Musthafa Al-Baabi
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, 1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang

Astuti, Mardiah, 2012. Pengantar Ulumul Qur’an, Palembang: Tunas Gemilang Press
Halimatussa’diyah, 2006. Ulumul Qur’an. Palembang: ……


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar